Selalu Mengingat Kebaikan Orang Dahulu, Pesan Guru Zuhdi
Kiai Ahmad Zuhdiannoor atau dikenal dengan nama Guru Zuhdi (lahir di Alabio, 10 Februari 1972 – meninggal di Jakarta, 2 Mei 2020 pada umur 48 tahun) adalah pemuka agama Indonesia yang dikenal sebagai ulama di Kalimantan Selatan. Guru Zuhdi lahir dari pasangan Kiai Muhammad bin Jafri dan Zahidah binti Kiai Asli.
Ia pernah berguru pada KH Abd Syukur kemudian menambah lagi ilmu dengan KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul). Belajar beberapa ilmu, terutama akhlak kurang lebih selama tujuh tahun.
Orang tua Guru Zuhdi, KH Muhammad adalah sahabat abah Guru Sekumpul dan juga murid dari KH Anang Sya’rani Arief. Menurut kisah, Abah Guru pernah sekelambu dengan KH Muhammad.
Membuka majelis dulunya tidak sebesar seperti sekarang dan pengajian kitab awal-awal yang beliau bacakan dari catatan tangan Majelis Abah Guru Sekumpul.
Para jamaah yang hadir di majelis Guru Zuhdi kadang terobati kerinduan kepada Majelis Abah Guru Sekumpul karena kitab, cara majelis, isi kajian dalam majelis, gaya bicara dan penjelasan Guru Zuhdi.
Para tamu Guru Zuhdi yang di majelis di antara para habaib, seperti Habib Umar Bin Hafidz Darul Mustafa Tarim, Sulthonul ‘Ulama, Habib Salim As Syatiri Rubath Tarim, Habib Zein Bin Smith Madinah, Habib Muhammad Bin Sholeh Al Atthos Huraidah (cucu Kutbul Anfas Al Habib Umar Al Atthos), Habib Abdurrahman bin Ali Masyhur (Keponakan Habib Umar), Habib ‘Ali bin Syekh Abubakar bin Salim salah satu Syekh pengajar di Darul Mustafa Hadhramaut adalah diantara para Habaib yang pernah datang dan mengisi Majelis Guru Zuhdi di Banjarmasin.
Berikut pesan-pesan penting Abah Guru Zuhdi:
Kematian itu dekat, kita hanya menunggu giliran. Mati itu pasti, kitapun hanya menunggu giliran, dan apa yg membuat kita lupa dengan kematian ? apa yg membuat kita lupa dengan dosa?
Jujur kita yang masih hidup iri dengan mereka. Mereka mati dalam keadaan husnul khatimah, beruntung mereka, beruntung mereka dan beruntung mereka.
Walau kita penuh dosa maksiat, namun hendaklah senantiasa berharap agar kita pun kelak kan mati dalam keadaan husnul khatimah.
Saat cinta harus memilih, dunia atau akhirat? Ilmulah yang akan mampu menjawab.
Allah senantiasa mengajarkan kita arti perpisahan, tanda sayangnya Allah kepada kita.
Misal, pada saat kita sudah lama dan terbiasa dengan kekayaan, maka Allah datangkan kemiskinan dalam hidup. Apakah kita sadar atau lupa, bahwa kekayaan itu pasti akan terpisah.
Matilah yang akan memisahkan kita dengan semua keduniaan ini. Kita kan mampu menerima ialah pada saat mati itu diartikan sebagai pertemuan. Namun jika mati itu sebagai perpisahan itulah yang akan menyebabkan sakit luar biasa.
Belajarlah untuk menerima saat terpisah dengan keduniaan, karena suatu saat pasti dunia yang akan memisahmu (kematian).
Dari karena itu, seringlah menceritakan dan mengingat akan kebaikan orang yang sudah meninggal, karena itulah yang membuat kita sadar bahwa kematian itu pasti, dan kita hanyalah menunggu giliran untuk dijemput.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
Mudahan berkah dunia akhirat, minta rela ulun (aku) kalau ada salah dan khilaf.
Demikian wallahu a'lam.