Selain PMK pada Sapi, Penyakit LSD Merebak di Blora
Selain Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) pada hewan ternak, khususnya sapi, ada penyakit lain yang tak kalah mematikan, yakni penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD). Saat ini penyakit tersebut telah menyebar di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Pemerintah Kabupaten Blora bahkan masih kesulitan dalam menangani kasus penyakit LSD ini. Sementara PMK belum sepenuhnya mampu dikendalikan.
Sebagai contoh, terdapat enam ekor sapi di Desa Temulus Kecamatan Randublatung yang terjangkit penyakit LSD. Penyakit ini menyerang sapi, ditandai degan banyaknya bintilan kecil-kecil pada sekujur tubuh sapi.
Menurut Sekretaris Desa Temulus Gusjiarto, pertama kali diketahui, sapi yang terjangkit LSD adalah milik warganya, almarhum Surani pada awal Februari 2023 lalu.
"Itu diketahui pada Kamis, 2 Februari 2023. Dan saat ini masih recovery," katanya, Mingu 12 Februari 2023.
Dia menjelaskan, kasus tersebut diketahui ketika mantri hewan Edy Widyanto hendak memberi vaksin kepada sapi yang terkena PMK. Di tengah perjalanan, ternyata ditemukan sapi milik warga yang terjangkit LSD.
"Melihat hal tersebut, suntik vaksin PMK pun dihentikan sementara," ujarnya.
Selain milik almarhum Surani, lanjut Gusjiarto, sapi milik warga lain juga ada yang terjangkit LSD. Yakni milik Parjan, Warso, Parlan, warga RT 1 RW 1 Desa Temulus. Rata-rata sapi yang terkena LSD kandangnya kotor dan kumuh.
Diketahui, sapi yang terjangkit LSD mengalami gejala bercak hitam di atas mata, demam, nafsu makan berkurang, dan kulit berbenjol sampai berkeropeng.
"Sapi yang terkena LSD parah kayak lumpuh. Tapi sampai saat ini belum ada yang sampai mati," ujarnya.
Pihaknya berharap, Pemkab Blora melalui Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (DP4), segera turun tangan menangani kasus LSD. Supaya tidak menyebar ke sapi lainnya.
"Warga trauma di Desa Temulus sudah ada lima ekor sapi yang mati karena PMK. Untuk vaksinasi dan pengobatan PMK gratis, tetapi untuk LSD sementara masih menunggu arahan dari DP4," ujarnya.
Sementara itu, Kepala DP4 Kabupaten Blora, Raden Gundala Wijasena, mengaku sudah turun tangan menangani kasus LSD. Namun untuk mengatasi LSD, DP4 kekurangan tenaga.
"Kita sudah turun tangan, tapi kita kekurangan tenaga," kata Raden Gundala Wijasena, melalui pesan WhatsApp.
Gundala menjelaskan, penyakit LSD ini agak sulit dikendalikan. Karena penyebarannya lewat serangga seperti nyamuk dan lalat. Untuk mencegah penularan LSD, warga harus menjaga kebersihan kandang.
Menjaga kebersihan seperti tidak menumpuk kotoran di sekitar kandang yang menjadi sarang lalat. Kotoran sebaiknya langsung diolah menjadi pupuk organik dan langsung dibuang ke sawah sehingga sawah menjadi subur.
"Kebiasaan sapi dibediangi agar tidak digigit nyamuk atau jingklong (semacam nyamuk) ini diteruskan. Merupakan lokal wisdom yang sangat bermanfaat untuk pengendalian LSD," ujarnya.
Saat ditanya jumlah total sapi di Kabupaten Blora yang terserang LSD, Gundala Wijasena belum bisa memberikan jawaban.