Selain Obat, Ini Cara Turunkan Tekanan Darah Tinggi secara Alami
Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah gejala ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Kondisi tersebut dapat berakibat fatal bila tak dicegah karena dapat menjadi pemicu penyakit kronis lain, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke. Namun terkadang adanya kenaikan tekanan darah tidak disadari oleh beberapa orang, dan justru menyepelekan kondisi hipertensi.
Hipertensi dapat dicegah dengan beberapa hal, seperti menjaga pola hidup sehat, menjaga pola makan dengan konsumsi makanan bergizi, dan berolahraga. Bisa juga dicegah dengan pengobatan dari apotek atau menggunakan bahan-bahan alami untuk mengobatinya.
Berikut ulasan mengenai beberapa bahan-bahan dan obat yang bisa digunakan untuk mengatasi penyakit darah tinggi.
Jenis Obat Untuk Darah Tinggi
Obat darah tinggi, atau disebut juga dengan obat antihipertensi, memiliki beragam jenis atau golongan. Tiap obat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap penderita hipertensi, di antaranya:
1. Diuretik
Diuretik merupakan salah satu golongan obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan hipertensi, yang berperan untuk menghilangkan kelebihan air dan garam yang menjadi salah satu penyebab hipertensi.
Cara kerja obat ini akan membuat tubuh menjadi lebih sering buang air kecil. Selain itu, obat hipertensi diuretik juga dapat menimbulkan efek samping lainnya, yaitu kelelahan, kram otot, lesu, nyeri dada, pusing, sakit kepala, atau sakit perut.
Dilansir dari Mayo Clinic, terdapat 3 jenis utama dari obat darah tinggi diuretik, yaitu thiazide, potassium-sparing, dan diuretik loop.
•Thiazide
Thiazide merupakan satu-satunya jenis diuretik yang dapat memperlebar pembuluh darah sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Contoh obat thiazide: chlorthalidone (Hygroton), chlorothiazide (Diuril), hydrochlorothiazide (Hydrodiuril, Microzide), indapamide (Lozol), metolazone (Zaroxolyn).
•Potassium-sparing
Potassium-sparing membantu mengurangi jumlah air dalam tubuh dengan mempercepat proses diuresis (buang air kecil). Namun, berbeda dengan jenis diuretik lainnya, obat ini bekerja tanpa membuang kalium dari dalam tubuh. Contoh obat potassium-sparing: amiloride (Midamor), spironolactone (Aldactone), triamterene (Dyrenium).
•Diuretik loop
Diuretik loop bekerja dengan cara membuang garam, klorida, dan kalium, sehingga semua zat tersebut akan terbuang melalui urin, sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Contoh obat diuretik loop: bumetanide (Bumex), furosemide (Lasix), torsemide (Demadex).
2. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
Merupakan obat darah tinggi yang bekerja dengan menurunkan produksi angiotensin, yang merupakan penyebab pembuluh darah menyempit dan menimbulkan tekanan darah tinggi.
Obat hipertensi jenis ini dapat menyebabkan efek samping, berupa kehilangan indra perasa, kehilangan nafsu makan, batuk kering kronis, pusing, sakit kepala, lelah, gangguan tidur atau insomnia, dan detak jantung cepat. Contoh obat ACE inhibitor: captopril, enalapril, lisinopril, benazepril hydrochloride, perindopril, ramipril, quinapril hydrochloride, dan trandolapril.
3. Angiotensin II receptor blocker (ARB)
Obat ini bekerja untuk menghalangi kerja angiotensin dalam tubuh bukan menghalangi produksi angiotensin, sehingga tekanan darah menurun.
Adapun efek samping obat darah tinggi ini, yaitu pusing sesekali, masalah sinus, maag, diare, dan sakit punggung. Contoh obat ARB: azilsartan (Edarbi), candesartan (Atacand), irbesartan, losartan potassium, eprosartan mesylate, olmesartan (Benicar), telmisartan (Micardis), dan valsartan (Diovan).
4. Calcium channel blocker (CCB)
Obat calcium channel blocker (CCB) dapat menurunkan tekanan darah dengan mencegah kalsium memasuki sel-sel jantung dan arteri. Adapun kalsium dapat menyebabkan jantung dan pembuluh darah berkontraksi lebih kuat.
Obat darah tinggi ini mempunyai efek samping seperti mengantuk, sakit kepala, sakit perut, bengkak di tangan atau kaki, sembelit, kesulitan bernapas, pusing, dan palpitasi atau detak jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Contoh dari obat CCB: amlodipine, clevidipine, diltiazem, felodipine, isradipine, nicardipine, nifedipine, nimodipine, dan nisoldipine.
5. Beta blocker
Obat hipertensi ini bekerja dengan cara menghalangi efek dari hormon epinefrin (hormon adrenalin) yang membuat jantung bekerja lebih lambat serta detak jantung dan kekuatan pompa jantung menjadi menurun.
Adapun efek samping dari obat hipertensi beta blocker, yaitu insomnia, tangan dan kaki dingin, kelelahan, depresi, detak jantung lambat, sesak napas, nyeri dada, batuk, impotensi, sakit perut, sakit kepala, pusing, serta sembelit atau diare.
Contoh obat beta blocker: atenolol (Tenormin), propranolol, metoprolol, nadolol (Corgard), betaxolol (Kerlone), metoprolol tartrate (Lopressor) acebutolol (Sectral), bisoprolol fumarate (Zebeta), nebivolol, dan solotol (Betapace).
6. Alpha blocker
Obat jenis ini digunakan untuk mengatasi darah tinggi dengan memengaruhi kerja hormon norepinephrine, yang dapat mengencangkan otot-otot pembuluh darah. Dengan konsumsi obat hipertensi ini, otot-otot pembuluh darah dapat mengendur dan melebar, sehingga tekanan darah pun menurun.
Biasanya obat ini menimbulkan efek samping berupa, detak jantung yang cepat, pusing, dan penurunan tekanan darah saat berdiri. Contoh obat alpha blocker: doxazosin (Carduar), terazosin hydrochloride, dan prazosin hydrochloride (Minipress).
7. Alpha-beta blocker
Alpha-beta blocker memiliki cara kerja yang sama dengan obat beta blocker. Yang biasanya diresepkan untuk pasien hipertensi yang berisiko tinggi terkena gagal jantung. Efek dari pengobatan ini ialah menurunnya laju detak jantung, tensi darah, dan juga ketegangan jantung. Tak hanya itu, obat ini juga membantu mencegah stroke dan gangguan ginjal. Contoh obat alpha-beta blocker: carvedilol dan labetalol.
8. Vasodilator
Obat vasodilator bekerja dengan cara membuka atau melebarkan otot-otot pembuluh darah, sehingga darah akan mengalir dengan lebih mudah dan tekanan darah menjadi turun. Adapun efek samping tiap obat golongan vasodilator berbeda, tetapi umumnya tidak parah dan bisa hilang dengan sendirinya. Contoh obat vasodilator: hydralazine dan minoxidil.
9. Central-acting agents
Central-acting agents atau central agonist merupakan obat darah tinggi yang bekerja dengan cara mencegah otak mengirim sinyal ke sistem saraf untuk mempercepat detak jantung dan mempersempit pembuluh darah. Dengan demikian, jantung tidak perlu memompa darah dengan lebih keras dan darah mengalir lebih mudah di pembuluh darah. Contoh obat central-acting agent: clonidine (Catapres, Kapvay), guanfacine (Intuniv), dan methyldopa.
10. Direct renin inhibitor (DRI)
Merupakan jenis obat diuretik yang bekerja dengan cara mencegah enzim renin yang memicu tekanan darah tinggi, sehingga tekanan darah menurun.
Dan menimbulkan efek samping seperti, diare, batuk, pusing, dan sakit kepala, yang dapat menghilang dengan sendirinya. Contoh obat direct renin inhibitor: aliskiren (Tekturna).
11. Aldosterone receptor antagonist
Obat aldosterone receptor antagonist lebih umum digunakan untuk mengobati penyakit gagal jantung, tetapi juga dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi, yang membantu membuang cairan berlebih tanpa mengurangi kadar kalium di dalam tubuh, sehingga tekanan darah menurun.
Adapun efek samping yang umum ditimbulkan seperti, mual dan muntah, kram perut, atau diare. Contoh obat aldosterone receptor antagonist: Eplerenone, spironolactone.
Bahan Alami Untuk Menurunkan Darah Tinggi
Selain jenis obat-obatan yang biasa dibeli di apotek, ada pula beberapa bahan alami yang bisa juga digunakan untuk menurunkan darah tinggi atau hipertensi, seperti:
1. Bawang Putih
Dilansir dari US National Library of Medicine, bawang putih menjadi salah satu tanaman herbal yang mampu menurunkan tekanan darah tinggi, karena senyawa allicin dalam bawang putih bekerja untuk meningkatkan produksi oksida nitrat dalam tubuh, sehingga pembuluh darah menjadi lebih rileks. Pembuluh darah yang rileks mampu menurunkan tekanan darah secara perlahan.
2. Kayu Manis
Dilansir dari ResearchGate, kayu manis digunakan sebagai salah satu obat alami untuk menurunkan tekanan darah. Tanaman herbal ini berhubungan langsung dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita diabetes tipe 2.
3. Jahe
Jahe bekerja dengan mengendurkan otot-otot di sekitar pembuluh darah, sehingga sirkulasi darah pun meningkat, karena dalam jahe terdapat kandungan aktif seperti, saponin, flavonoid, amine, alkaloid, dan terpenoid, yang ampuh dalam menurunkan kadar kolesterol yang merupakan salah satu penyebab darah tinggi.
4. Seledri
Dilansir dari Healthline, seledri menjadi salah satu bahan alami untuk mengatasi darah tinggi. Seledri mengandung zat kimia alami yang dikenal dengan sebutan phthalide yang bekerja dengan mengendurkan jaringan di dinding pembuluh arteri, sehingga tekanan darah pun menurun. Kandungan magnesium dan kalium dalam seledri juga dinilai dapat membantu menjaga tekanan darah tetap dalam batasan normal.
5. Basil
Daun basil bukan hanya dapat melezatkan makanan, tetapi juga dapat membantu mengatasi tekanan darah tinggi. Obat ini bekerja dengan menyerupai salah satu jenis obat darah tinggi, yaitu calcium-channel blocker. Manfaat tersebut dapat dirasakan karena kandungan eugenol. Eugenol sendiri merupakan zat kimia pemblokir reaksi kalsium, yang memberikan efek menyempitkan pembuluh darah.
6. Akar Kucing
Akar kucing menjadi salah satu obat alami penurun darah tinggi. Hampir serupa dengan daun basil, yaitu menghambat kalsium dalam sel tubuh. Tanaman herbal ini memang sulit-sulit gampang ditemui. Namun, bisa dengan mudah menemukannya di apotek dalam bentuk suplemen.
7. Kapulaga
Tanaman herbal sebagai obat darah tinggi yang terakhir adalah kapulaga. Sama seperti daun basil dan akar kucing, kapulaga bekerja dengan menghambat reaksi kalsium dalam tubuh. Selain mengonsumsi bubuk kapulaga, bisa juga dengan mencampurkan bubuk tersebut ke dalam masakan.