'Selain NU Salah Semua' Disorot, Ini Pidato Lengkap KH Said Aqil
Pidato Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada peringatan Hari Lahir ke-73 Muslimat NU mendapat sorotan banyak pihak di luar kalangan Nahdliyin. Menjadi pembicaraan di media sosial dan menjadi kontroversi. Hal itu disampaikan Kiai Said pada puncak harlah Muslimat NU di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Minggu 27 Januari 2019 pagi.
Pidato berlangsung sekitar 18 menit itu, bila disimak pidatonya secara utuh, akan bermakna terbalik dari yang dipersoalkan orang di media sosial.
Untuk itu, ngopibareng.id menghadirkan transkripsi lengkap pidato Kiai Said Aqil Siroj tersebut:
Yang saya muliakan Bapak Presiden Republik Indonesia beserta ibu Iriana Joko Widodo ‘ajahulllah, Presiden Republik Indonesia tahun 2019-2004, para menteri Kabinet Kerja yang hadir, yang saya hormati, almukaramah as-sayidah, Ibu Abdurrahman Wahid, Ibu Sinta Nuriyah athalallahu baqaaha, panjang umur fi sihatin daimah. Ketua umum Muslimat NU, Gubernur Jawa Tiumur, Calon Presiden RI tahun 24 sampai 34 Ibu hajah Khofifah Indar Parawansa athalallahu baqaaha dzukhran lana wa liummah.
Wakil Ketua Umum PBNU Profesor Doktor Maksoem Mahfoedz, Sekjen PBNU bodola menteri doktor Helmy, Rais Aam Hadratussyekh KH Miftahul Akhyar, a’ajahullah, Wakil Ketua Umum PBNU, Sekjen PBNU dan rekan-rekan Pengurus PBNU dan Pimpinan Muslimat, terutama Ketua Panitia Mbak Yenny Abdurrahman Wahid. Saya senang menyebutnya menyebutnya Yenny Abdurrahman Wahid Hasyim, Wahid, Hasyim Asya’ri Wahid
Dan juga yang saya hormati, ini yang tersayang Ibu Hajjah Ibu Nurhayati, istri saya sendiri, yang tersayang.
"Syuhudan diniyyan, peran agama, majelis ta’lim, pesantren, madrasah diniyah itu kan tameng Al-Qur’an, taman kanak-kanak al-Qur’an berperan syuhudan diniyyan, syuhudan, syuhudan tsaqafiyyan, peran akhlak, peran budaya, peran peradaban. Berperan belum kita dalam akhlaqul karimah?"
Para pimpinan badan otonom NU, Fatayat, Ansor, Pagar Nusa, Pergunu, Jam’iyyatul Qurra wal Huffaz, Jam’iyyah Mu’tabarah an-Nadhliyah, ISNU, Ali Masykur, Sarbumsui, IPNU, IPPNU, para anggota DPR, para habaib, ashabul ma’ahid, ashabut turuqi sufiyah, para pimpinan Muslimat tingkat wilayah dan cabang ‘aajakumullah.
Alhamdulillah pagi hari ini saya atas nama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bersyukur dan bagngga atas terlaksananya, terselenggaranya harlah Muslimat NU yang ke-73 dengan hadirnya kurang lebih seratus ribu, bahkan lebih ya, seratus ribu Muslimat di Gelora Bung Karno ini, yang dimulai sejak tadi malam jam pagi dengan khatmil Qur’an, tahajud, munajat, istighotsah. Kalau munajah doa sendiri-sendiri, kalau istighotsah doa rame-rame. Kemudian shalat subuh yang dipimpin oleh Ketua Umum Pergunu KH Asep Abdul Halim.
Hadirin sekalian, di Qur’an, Al-Qur’an, perintah kepada Nabi Muhammad agar membentuk organisasi, namanya umat. Umat apakah yang diperintah Al-Qur’an? Mohon maaf, Al-Qur’an tidak ada penjelasan yang namanya umat Islam, tidak ada. Silakan yang hafiz Qur’an, cari, ada enggak ummatan islam, yag ada wa kadzalika ja’alnakum ummatan wasahata, yang ada Muhammad, kamu harus membentuk organisasi namanya umat, ummatan washatan, umat yang keren umat yang berperan, umat yang berkualitas,
Muslimat keren tidak?
Keren… (ibu-ibu Muslimat menjawab)
Hebat tidak?
Hebat (ibu-ibu Muslimat menjawab)
Berperan?
Berperan (ibu-ibu Muslimat menjawab)
Supaya apakah keren wasahatan? Agar litakunu syuhada alan nas, agar berperan di tengah-tengah masyarakat; syuhada itu berperan. Peran apa? Terus tanya terus? Peran apa? Syuhudan diniyyan, peran agama. Harus kita pegang imam masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Pak Menteri agama (menyapa Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), harus dari NU, kalau dipegang selain NU salah semua (terhenti, tepuk tangan) nanti banyak bid’ah. Nanti kalau selain NU, ini bid’ah ini, tari-tari sufi bid’ah nanti.
Syuhudan diniyyan, peran agama, majelis ta’lim, pesantren, madrasah diniyah itu kan tameng Al-Qur’an, taman kanak-kanak al-Qur’an berperan syuhudan diniyyan, syuhudan, syuhudan tsaqafiyyan, peran akhlak, peran budaya, peran peradaban. Berperan belum kita dalam akhlaqul karimah?
Muslimat akhlaknya baik semua? Tak tanya, jawablah
Muslimat akhlaknya baik semua?
Baik…
Ada yang jelek satu, dua, sepuluh, dua puluh, tiga puluh. Semua baik-baik. Itu peran tsaqafiyan.
Syuhudan hadlariyan, peran ekonomi, peran kesejahteraan, peran kesehatan, peran sosial, peran kemasyarakatan; sudah berperan? Muslimat sudah berperan kesehatan? Koperasi-koperasi? Bisnis perdagangan? Yang belum satu, dengarkan, dengarkan, syuhudan siyasiyan peran politik, maka tahun 2019 harus menang. Supaya NU berperan syuhudan siyasiyan, syuhudan siyasiyan, alhamdulillah paham. Terutama ibu-ibu, terutama, di dalam Al-Qur’an tidak ada surat yang istimewa, kecuali surat An-Nisa, surat perempuan. Tidak ada surat Ar-Rijal, laki-laki, tidak ada. Laki-laki kalah pokoknya. Ya.
Yang syahid pertama, demi agama Islam, demi mempertahankan iman, perempuan, namanya, Summayah yang dibunuh oleh Abu Jahal. Setelah itu baru suaminya, Yasir. Ammar, anaknya, pura-pura murtad, tapi kemudian lapor kepada Rasulullah, tadi saya pura-pura murtad, tidak apa-apa, ayat Al-Qur’an turun illa man ukriha wa qalbu mutmainnun bil iman. Kalau kepaksa, pura-pura ikut kafir, dalam hati iman, enggak apa-apa, ini dipake qiyas oleh para kiai yang tanda tangan Golkar tahun 1971. Golkar dulu, bukan Golkar sekarang. Kepaksa karena takut, tidak apa-apa. illa man ukriha wa qalbu mutmainnun bil iman.
Malah suatu ketika, suatu ketika ada sahabat mau sowan datang ke khalifah amirul Mukminin Umar Ibnul Khatab, khalifah yang adil, tegas, tanpa kompromi, datang ke pintu, nyampe ke pintu mendengar istrinya sedang ngomel sama Khalifah Umar, suaminya, segera orang itu balik lagi. Sayidina umar tahu.. eh. Eh, eh, ada apa, ada apa, kamu orang bertamu enggak jadi, jawabnya, Pak Khalifah, yang terhormat, saya ke sini mau mengadu istri saya galak, tapi tadi ketika saya nyampe pintu saya dengar istri panjenengan juga lebih galak, dan Sayidina Umar kalah, diem aja, apa jawab Sayidina Umar? Ada hadits Rasulullah yang mengatakan ushikum bitaqwallah, ittaqullahaa fin nisa, fainnahuna awanun fi aydikum akhadtumuhunna bi amanatillah istakhrajtum furujahunna bikalimatillah.
Ada hadits yang menegaskan, kata Rasulullah, saya pesan, saya wasiatkan, saya pesan, jagalah, hormatillah sayangilah istri-istrimu, enggak ada hadits sayangilah suamimu, khairukum khairukum linisaikum wa ana khairikum linisaikum, sebaik-baik suami adalah suami yang sayang istri, saya kata rasulullah, saya suami yang paling baik dengan istri.
Oleh karena itu, saya sendiri, ini contohnya, mohon maaf, kalau dari luar, di luar, saya profesor, doktor kiai haji, ketua umum, orang cium tangan semua, masuk ke rumah, istri marah-marah, ambrol semua profesor doktor, rontok semua profesor doktor, betul, mudah-mudahan bapak presiden tidak, mudah-mudahan, ketoke enggak beda-beda dikitlah.
Oleh karena itu ibu-ibu, ini bercanda, pesan dua saja. satu, tadi udah disinggung Mbak Yenny, oleh Khofifah, tawasuth dan tasamuh, moderat, sikap kita harus moderat, tidak boleh ekstrem, tidak boleh radikal, apalagi terorisme. Jaga anak-anak, menantu, cucu, jangan sampai, terprovokasi dengan atas nama agama kemudian bertindak radikal ekstrem, apalagi sampai menjadi teroris, jaga anak cucu, ya bu ya, tapi menjaga tawasuth, harus cerdas, harus berpendidikan. Orang tawasuth mesti orang cerdas. Orang tidak tawasuth tidak cerdas. Gitu aja gampang.
Yang kedua, tasamuh, toleran. Jaga, anak cucu ibu agar menjadi orang toleran menghormati kebinekaan menghargai perbedaan, menghargai agama lain, suku lain, kelompok lain, gitu bu, ya. Anak cucu itu harus diarahkan, kita sering melihat, bapak ibunya orang NU, anaknya tidak kenal NU. Banyak itu, ada. Mudah-mudahan yang ada di sini semua, anak cucunya, tawasuth tasamuh, Nahdliyin semua, insya allah nanti akan husnul khatimah
Amin…
Menjadi santri Mbah Hasyim Asy’ari, masuk sorga bersama beliau.
Amin…
KH Hasyim Asy’ari itu seperti masinis bawa kereta api yang di gerbong depan yang bagus para utama, para habaib, para kiai. Kita-kita ini di gerbong belakang dengan beras, bawang, ayam, tapi kebawa, kebawa Kiai Hasyim Asy’ari, mau tidak?
Mau…
Di gerbong belakang?
Mau…
Campur ayam
Campur dedek. Nanti saya di situ. Saya di situ nanti. Saya di gerbong belakang bersama ayam, bawang, terasi ga papa, asal kebawa Kiai Hasyim Asy’ari, masuk sorga bersama.
Apalagi, umur saya sudah 66 kenyang makan, kenyang tidur, kenyang naik merci, naik alfad, pesawat, kenyang berpakaian sutra dan wol, kenyang tidur dengan istri, tinggal satu, tinggal satu yang saya inginkan husnul khatimah. Barangkali saya berdiri di sini di hadapan ibu Muslimat ini yang terakhir, tahun 2020 muktamar NU, saya tidak akan mencalonkan diri, silakan yang lain siap pun, saya tidak punya calon, siap pun dari NU yang mencalonkan diri untuk menjadi ketua umum, monggo, pada Agustus tahun 2020. Tapi saya tetap aktif di NU, jangan khawatir gitu ya. Mari kita jaga NKRI. Mari kita jaga Pancasila. Mari kita jaga budaya karakter, akhlaqul karimah, inilah islam Nusantara Islam yang santun, Islam yang ramah, Islam yang menghormati budaya, Islam yang berkarakter berintegritas, itulah Islam Nusantara, bukan mazhab, bukan aliran, tapi khasaihs, mumayyizat, tipologi Islam, masyarakat Islam Nusantara
Selamat berharlah Muslimat ke-73, ke depan semakin kuat, semakin berperan, berkualitas. Amin terima kasih kepada Bapak Presiden dan ibu yang hadi r di tengah-tengah kita, dan alhamdulillah begitu presiden hadir, hujan berhenti. Ini pawangnya hebat. (adi)