Sel Teror di Balik Bom Makassar dan 552 Serangan di Indonesia
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut, bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar dilakukan oleh pasangan suami istri dan menggunakan bom rakitan jenis panci. Mereka diketahui bagian jaringan dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Lembaga kajian Laboratorium Indonesia 2045 membuat analisis jika serangan yang dilakukan oleh JAD, menjadi salah satu jaringan teror yang muncul dan menguat sejak 2015 silam.
Lab 45 merilis analisis serangan teroris di Indonesia di laman mereka, lab45.id. Analisis dilakukan dengan meneliti pola dalam 552 serangan teror yang terjadi sepanjang 2000 hingga 2021. Dalam penelitian bertajuk "Pola 552 Serangan Teror di Indonesia" yang dirilis pada 29 Maret 2021 itu, Lab 45 menyimpulkan temuan utama.
Kulminasi Serangan Teroris masa SBY
Data Lab 45 meneliti serangan teroris pertama kali berlangsung di masa pemerintah Presiden Abdurrahman Wahid. Sepanjang pemerintahannya, jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) mendominasi aksi terorisme. JI masih berlanjut dan mendominasi serangan teror di Indonesia hingga masa Megawati. Pada masa Megawati, jumlah serangan pun meningkat.
Teror Jamaah Islamiyah cenderung beraksi dengan daya rusak yang tinggi dan menyasar tokoh dan juga tempat religius, selain tempat wisata. JI disebut memiliki afiliasi dengan Al Qaeda, pelaku di balik serangan Bom WTC di Amerika Serikat, tahun 2001. Serangan yang dilakukan JI mencapai 50 persen dari 552 serangan yang diteliti Lab 45.
Berlanjut pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Lab 45 menyebut jumlah aksi teror mencapai puncaknya dan kemudian memiliki kecenderungan menurun di masa setelahnya. Tercatat 192 aksi teror berlangsung selama dua periode kepresidenan SBY.
Pada masa ini, pelaku teror pun berkembang. Tak lagi didominasi oleh JI, jaringan baru mulai muncul seperti Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). MIT disebut memiliki afiliasi dengan ISIS yang bermarkas di Suriah.
Di masa Presiden Joko Widodo, jumlah serangan teroris menurun drastis. Pelaku serangan banyak didalangi oleh kelompok MIT, Mujahidin Indonesia Barat (MIB), dan juga Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Peralihan Karakter Serangan
Terjadi titik kulminasi, tidak hanya pada jumlah teror, tetapi juga pada pola serangan dan sasaran teror. Pada masa ini, aksi bom cenderung menurun, sementara serangan mengalami peningkatan sejak tahun 2016. Perubahan pola serangan mengikuti pelaku teror yang berbeda, dari yang sebelumnya didominasi kelompok JI, berubah menjadi kelompok JAD dan MIT.
Bersama MIB, tiga jaringan ini juga menyasar targat yang lebih beragam, mulai dari ruang publik, tokoh publik, polisi, misi diplomatik, pemerintahan, militer, pariwisata, hingga kelompok jurnalis atau media, selain rumah ibadah.
Tipe serangannya pun berbeda. Jika JI banyak melakukan serangan bom serta menyasar rumah ibadah dan juga tempat wisata, maka JAD, MIT, dan MIB, juga melakukan serangan dalam bentuk pembunuhan, serangan bersenjata, penculikan, selain serangan berbentuk bom.
Bom Gereja Katedral Makassar
Maka serangan bom yang muncul di Makassar, menurut Lab 45, menguatkan kecenderungan serangan menggunakan bom , yang muncul setelah titik kulminasi terlampaui.
Penyelidikan polisi menemukan jika bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dilakukan oleh pasangan suami istri yang menjadi bagian dari jaringan JAD. Selain itu, mereka meneror dengan meledakkan bom panci. Sedikitnya 20 orang terluka akibat serangan tersebut.
Bom bunuh diri Katedral Makassar juga dilakukan dengan menyasar rumah ibadah dengan menggunakan bom dengan daya ledak dan dampak kerusakan menengah. Kecenderungan yang menguat pasca titik kulminasi, di masa SBY.
Advertisement