Sekolah Perempuan Dewi Sri Desa Gogodeso Blitar Belajar Gender dan Kue Korea dari Sapuan
Sekolah perempuan Dewi Sri, Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar mendapatkan program pelatihan tentang pemahaman gender dan tata boga (olahan Korea street food) dari Lembaga Sahabat Perempuan dan Anak (Sapuan) Blitar, di sekretariat Sekolah Perempuan Dewi Sri di rumah Pamuji desa Gogodeso, Minggu 25 Agustus 2024.
Ketua Sapuan Blitar, Titim Fatmawati kepada Ngopibareng.id, mengatakan, “Lembaga Sapuan merupakan salah satu anggota FPL (Forum Pengelola Layanan) Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak telah melalukan pendampingan perempuan penyintas kekerasan berbasis gender bagi perempuan korban. Hari ini melakukan pelatihan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan penyintas,” kata Titim Fatmawati, Minggu 25 Agustus 2024.
Di dalam pelatihan tersebut, mereka diberikan materi tentang gender, agar mereka bisa membangun pemikiran untuk bisa lebih berdaya memahami dirinya sendiri, memahami hak-haknya, membentuk pribadi-pribadi perempuan penyintas yang lebih baik dari segi mental dan ekonominya.
Menurut Titim, dari segi ekonomi, pelatihan tata boga untuk pembuatan aneka kue Korean street food dengan berbahan daun sawi di dalamnya, karena sawi merupakan salah satu produk dari Desa Gogodeso yang berpotensi untuk dikembangkan dengan berbagai aneka kuliner.
Titim berharap melalui materi dalam pelatihan, bisa diimplementasikan di rumah masing-masing dan menjadi usaha produksi secara per orangan pun kelompok, supaya sekolah Perempuan Dewi Sri sebagai wadah perempuan penyintas bisa maju bersama.
Koordinator Sekolah Perempuan Dewi Sri Desa Gogodeso, Pamuji Lestari kepada Ngopibareng.id sejak didirikan tujuh tahun yang lalu, pada 7 Agustus 2017 sampai saat ini kegiatannya sebagai tempat belajar dan saling tukar cerita pengalaman perjalanan hidup sebagian peserta pelatihan ada yang pernah mengalami korban kekerasan di dalam rumah tangga, korban kekerasan seksual, perundungan dan permasalahan perekonomian di dalam keluarga.
“Kami belajar hak-hak perempuan di dalam rumah tangga, permasalahan ekonomi rumah tangga, kalau seorang perempuan berdaya bisa membantu kebutuhan keluarga,” katanya.
Pamuji mengaku selama ini, peserta sekolah perempuan selain belajar tentang hak-hak perempuan melalui pemberdayaan ekonomi sebelum diberikan pelatihan membuat produk olahan Korean street food, telah belajar menanam sawi organik, membuat produk olahan stik sawi, pemberdayaan ekonomi menanam sawi di sekitar rumah melalui polibag.
Catatan redaksi, berita telah mengalami koreksi pada Minggu 25 Agustus 2024, pukul 19.06 WIB. Redaksi memohon maaf.
Advertisement