Sekolah di Jawa Tengah Mulai Terapkan PTM, Begini Prosesnya
Pada hari ketiga pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyambangi sejumlah sekolah dasar di Kota Semarang, Rabu 1 September 2021.
Sekolah pertama yang dikunjungi Ganjar adalah SDN Kedungpane 02, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Saat tiba di sana belum terlihat banyak aktivitas. Hanya ada seorang guru yang berjaga di depan gerbang dengan memegang thermo gun. Sementara di dalam kelas baru ada beberapa siswa kelas 6 dan kelas 5.
Hampir semua siswa yang ditemui Ganjar di kelas itu berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena jarak sekolah dan rumah tidaklah jauh. "Jalan kaki, Pak. Sampai sekolah langsung cuci tangan. Lebih senang belajar di sekolah daripada di rumah, bisa bertemu teman," jawab para siswa saat ditanyai Ganjar.
Sekolah selanjutnya yang disambangi Ganjar adalah SDN Tambakaji 04, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Berbeda dengan SDN Kedungpane 02, di SDN Tambakaji 04 lebih banyak jumlah siswa yang mengikuti PTM terbatas.
Saat meninjau aktivitas di ruang kelas, Ganjar melihat anak-anak sudah mulai terbiasa dengan PTM terbatas dengan metode masuk kelas bergiliran.
"Anak-anak nampaknya terbiasa. Kalau kita melihat bisa disiplin seperti ini dan orang tua busa antar-jemput akan berjalan lancar. Anak-anak saya lihat juga riang gembira," katanya.
Ganjar juga mengapresiasi SDN Tambakaji 04 yang sudah melakukan inovasi dengan model pembelajaran hybrid. Di setiap kelas dipasang dua kamera, yakni sisi belakang dan depan. Siswa yang belajar di rumah juga bisa mengikuti dan berinteraksi langsung dengan guru atau teman-temannya di kelas melalui google meet.
"Gurunya kreatif. Ketika mereka bergiliran (masuk) lama-lama akan muncul kebiasaan bahwa sekolah di rumah dan di sekolahan yang hybrid itu akan menjadi sesuatu yang biasa. Saya tadi sempat bicara dengan salah satu siswa yang mengikuti dari rumah ternyata mereka merasa tidak ada kesulitan. Bagus dan bisa dikembangkan," ungkap Ganjar.
Sementara itu, Kepala SDN Tambakaji 04, Sutriyono, menambahkan siswa yang mengikuti PTM terbatas terdiri atas siswa kelas 5 dan 6. Tiap tingkat dibagi dalam empat kelas dengan jadwal masuk sekolah sesuai urutan ganjil-genap.
"Total siswa kelas 5 dan 6 itu sekitar 160-an (siswa), yang mengikuti ini setengahnya, tiap kelas dibagi masing-masing empat ruang. Kami juga pakai metode blended learning, siswa yang di kelas belajar langsung tatap muka dengan guru, yang di rumah mengikuti secara online," jelasnya.
Sutriyono menambahkan, untuk mengatur agar tidak terjadi kerumunan saat masuk ke lingkungan sekolah, para siswa per kelas mendapat jadwal masing-masing. Selanjutnya, mereka akan mengikuti pembelajaran maksimal dua jam