Sekolah Daring, Sebabkan Adiksi Internet Anak Naik 30 Persen
Sekolah daring atau online yang dilakukan untuk meminimalisir penularan Covid-19, ternyata membawa dampak baru bagi anak-anak, yakni adiksi (kecanduan) internet.
Hal ini diungkapkan psikiater anak dan remaja dr Yunias Setiawati SpKJ(K). Menurutnya selama pandemi ini ada kenaikan 30 persen angka adiksi internet yang terjadi pada anak-anak.
"Selama pandemi ini memang ada kenaikan pasien anak-anak di poli jiwa RSUD Dr Soetomo, kenaikannya kira-kira 30 persen. Kebanyakan kasusnya adiksi internet," ungkap dr Yunias Setiawati.
Dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini ini mengungkapkan, kenaikan angka kasus adiksi internet pada anak mulai terjadi pada Agustus 2020 lalu.
"Saya rasa karena masifnya penggunaan gadget, di luar sana masih banyak kasus serupa. Tapi orangtua masih takut ke rumah sakit," terang Dokter Yun biasa ia disapa.
Yunias mengatakan, adiksi internet ini banyak terjadi pada anak kelas 3 sampai 6 SD atau usia 9 hingga 11 tahun. Yang setiap harinya harus belajar dengan gadget.
Pasien adiksi internet yang banyak datang kepadanya, didominasi oleh anak laki-laki yang kecanduan game online.
"Kalau dilarang mereka marah-marah, tapi kalau tidak main game biasanya dikucilkan temannya. Ini yang menimbulkan konflik antara orang tua dan anak," jelasnya.
Dikatakan adiksi internet apabila anak-anak bermain gadget secara terus-menerus tanpa kenal waktu. Idelanya anak usia tersebut bermain gadget satu jam setiap harinya.
Ciri lain adiksi internet, ujar Yunias, apabila anak-anak mengalami penurunan prestasi di sekolah, marah-marah saat dijauhakan dengan gadget dan menjadi tantrum.
"Adiksi internet akan menimbulkan dampak yang buruk jika terjadi dalam jangka panjang. Salah satunya konsentrasi belajar akan menurun, anak tidak peduli pada lingkungan, diajak ngobrol susah konsentras, malas gerak yang menimbulkan obesitas hingga bisa timbul kecemasan," paparnya.
Yunias menambahkan, untuk mencegah adiksi internet ini, orang tua bisa menjalin komunikasi yang lebih intens dengan anak. Dinasihati secara pelan-pelan.
"Jangan langsung melarang anak, sebaiknya diberitahu pelan-pelan atau membuat kesepatakatan kapan waktu bermain gadget dan kapan waktu berhentinya. Hal-hal seperti ini harus dikomunikasikan," tandasnya.
Kalau dirasa perlu hal tersebut bisa dikomunikasikan dengan guru sekolah anak.