Sekolah Bibit Unggul Disiapkan Pemkot Surabaya, Ada 400 Beasiswa
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi berencana melanjutkan program peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), usai Pemilu 2024. Caranya, Pemkot Surabaya menghidupkan kembali Asrama Anak Asuh Bibit Unggul di Kalijudan, Surabaya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menjelaskan, setelah dilakukan pendataan, setiap gamis akan diberi penawaran untuk diberi beasiswa hingga ke jenjang perguruan tinggi. Setelah itu, akan ditempatkan ke Asrama Anak Asuh Bibit Unggul di Kalijudan.
Bagi siswa yang masih duduk di bangku SD-SMP, masih bisa tinggal di rumahnya masing-masing, tanpa harus tinggal di asrama, namun sekolahnya tetap dalam pemantauan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Sedangkan bagi siswa SMA dan mahasiswa, akan ditempatkan di Asrama Anak Asuh Bibit Unggul di Kalijudan. Menurutnya, IPM akan naik dilihat dari lamanya sekolah.
"Insya Allah setiap satu keluarga miskin itu kami tanya siapa yang mau dijadikan sampai mahasiswa, sampai kuliah. Nah, itu nanti kita tempatkan di Kalijudan,” jelas Eri Cahyadi, Jumat, 16 Februari 2024.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Cipta Karya, dan Tata Ruang Kota Surabaya periode 2017-2018 ini menambahkan, Pemkot Surabaya telah menyiapkan 400 lebih kuota beasiswa untuk keluarga miskin. Dengan menghidupkannya kembali asrama tersebut.
Ia berharap, IPM di Kota Surabaya akan semakin meningkat ke depannya. “Insya Allah IPM kita harus naik, karena IPM ini menurut saya jauh lebih penting,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pembaruan data penduduk. Pembaruan data penduduk itu sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa pekan lalu. Karena ada pemilu, untuk sementara waktu pendataan dihentikan.
Tujuan dari pembaruan data penduduk itu adalah untuk memastikan, berapa jumlah kepala keluarga (KK) di dalam setiap persil rumah. “Karena kita lihat kemarin itu ada satu persil ada lima KK, tujuh KK, dalam kondisi rumah yang seperti itu kan tidak layak,” jelas pejabat berusia 46 tahun ini.
Eri Cahyadi khawatir, jika di dalam satu rumah itu terdiri dari banyak KK, namun ternyata masih ada satu KK yang tercatat sebagai keluarga miskin (gamis) atau penghasilannya kurang layak.
“Sehingga kita akan memisahkan, meminta mereka untuk (mencarikan solusi terbaik) apa sih kendalanya. Kalau itu pekerjaan, ya harus pindah, bisa kita berikan pekerjaan dengan bisa kontrak di tempat lain,” pungkasnya.
Advertisement