Sekelompok Orang Sita Buku Marxisme di Gramedia Makassar
Sekelompok massa yang belum jelas dari organisasi mana melakukan sweeping terhadap beberapa buku yang dipajang di Gramedia. Mereka melarang buku-buku berpaham Marxisme untuk dipajang Gramedia.
Pada sebuah video yang didapatkan Minggu 4 Agustus ada empat orang pemuda yang memegang setumpuk buku yang salah satunya bercover muka dari Karl Marx. Video ini menjadi viral di media sosial.
Seorang pemuda yang berada di sebelah kanan yang mengaku sebagai jubir mengatakan pihaknya meminta Gramedia mengembalikan buku-buku itu ke percetakan karena melanggar Undang-undang.
"Sedang melakukan pancarian buku buku berpaham radikal yang sebenarnya telah dilarang undang-undang," kata pria tersebut.
"Jadi menganggap buku buku seperti ini adalah bagian dari penyebaran paham itu dan Alhamdulillah kami bekerjasama dengan pihak Gramedia untuk menarik buku ini dan mengembalikan ke percetakannya. Kita sepakat bahwa Makassar harus bebas dari paham Marxisme dan Leninisme," sambungnya.
Sementara itu, GM Corporate Communication Gramedia Saiful Bahri membenarkan kejadian sweeping tersebut. Dia mengatakan, peristiwa ini terjadi pada Sabtu 3 Agustus.
"Saya baru dapat pagi ini informasi dari teman teman di Makassar memang ada sweeeping lah buku beraliran Marxisme kata teman teman yang melakukan sweeping tersebut," kata dia.
Belum diketahui dari mana kelompok tersebut berasal dan melakukan razia di toko buku terbesar di Indonesia tersebut. Namun, Saiful menegaskan, orang-orang tersebut tidak menyita buku sama sekali.
"Terus ditunjukin sambil menunjukkan dasar hukumnya. Tapi mereka tidak menyita hanya mengimbau, kalau bisa jangan di dipajang. Informasinya untuk menyarankan untuk tidak di display dulu lah. Terus mereka membuat rekaman supaya tidak menjadi hal hal yang missed. Mereka merekam," terang Saiful seperti dikutip detik.com
"Ada beberapa nama, saya tidak terlalu hafal namanya. Yang jelas kami hanya memantau dulu," sambung Saiful.
Dia mengatakan, seharusnya pelaranan atau keberatan atas suatu buku ada mekanisme dan sejumlah kajian yang mendalam.
"Intinya menurut saya, pelarangan buku atau keberatan ada mekanismenya. Terus tertulis setelah itu kita lakukan kajian," kata dia.