Desainer Suryo Supartono, Kini Jadi Tukang Sayur Gara-gara Porkas
Hidup itu seperti roda pedati, sekali di atas sekali ke bawah. Pasang surut bergantian seperti air laut.
Pepatah itu terjadi dalam episode kehidupan seorang desainer Suryo Supartono, yang kini menjadi pedagang sayur keliling. Kejayaan yang pernah diraihnya tahun 80-an, lenyap tergerus judi Porkas.
"Hancurnya karir saya sebagai desainer, akibat kesalahan saya sendiri, tergila gila dengan judi Porkas," kata Surya, sambil melayani pembeli sayur.
Semangat kerjanya hilang, modal yang ia kumpulkan dari titik nol, akhirnya kembali ke nol, hanya menyisahkan penyesalan.
Lelaki berusia 55 tahun enggan membuka masa lalunya. Tapi istrinya, Sulastri membocorkan masa lalu suaminya, yang terpuruk akibat kecanduan judi Porkas.
"Niki sedoyo goro-goro nggendengi Porkas, ngantos mboten nggadah nopo nopo (Ini semua gara-gara kegilaan judi Porkas, sampai tidak punya apa-apa)," kata Sulastri.
Kenang Lastri, busana karya suaminya itu bisa diterima di butik Poppy Dharsono dan beberapa butik langganan artis dengan omset ratusan juta rupiah.
Porkas atau Pekan Olah Raga dan Ketangkasan yang mrmbuat hidup Surya berantakan adalah jenis undian berhadiah dan praktik perjudian dalam bidang olahraga, terutama sepak bola, yang sempat ada di Indonesia pada zaman Orde Baru.
Sebelum direalisasikan, Presiden Soeharto mengirim Menteri Sosial Mintaredja untuk melakukan studi banding ke Inggris. Pemerintah mempelajari sistem undian berhadiah ini selama dua tahun. Mereka ingin menciptakan model undian tanpa menimbulkan ekses judi.
Setelah melalui serangkaian penelitian, porkas akhirnya diresmikan pada 1985, dengan Surat Keputusan Menteri Sosial No. BSS-10-12/85 bertanggal 10 Desember 1985.
Pemerintah mengklaim porkas berbeda dengan undian hadiah berbau judi sebelumnya. Dalam porkas tidak ada tebakan angka, melainkan penebakan menang-seri-kalah. Peredarannya pun hanya sampai tingkat kabupaten, dan batasan usianya 17 tahun.
Para pembeli kupon hadiah ini akan bertaruh untuk 14 klub sepak bola di divisi utama. Setelah 14 klub melakukan pertandingan, berjalan selama seminggu, hadiah akan diundi. Pembagian hadiahnya 50-30-20, berurutan penyelenggara tebakan-pemerintah-penebak.
Meskipun usia ayah empat anak ini sudah kepala lima, guratan-guratan sisa ketampanannya masih terlihat pada seorang perancang busana yang pernah kerjasama dengan desainer kenamaan Popy Darsono.
Poppy Susanti Dharsono adalah seorang pengusaha dan desainer Indonesia yang cukup kesohor yang pernah menjabat sebagai anggota DPD RI periode 2009-2014 untuk dapil Jawa Tengah. Lahir di Garut Jawa Barat 8 Juli 1951.
"Mbak Poppy mempunyai andil yang cukup besar dalam pengembangan karir saya sebagai seorang desainer maupun modeling," kata Surya.
Setelah diam beberapa saat untuk mengendalikan emosinya, Suryo memuji Poppy Dharsono sebagai gurunya yang sering memberinya job atau order.
Di dompet bulukan milik mantan desainer dan modeling yang kini menjadi pedagang sayur, masih menyimpan foto kenangan di masa lalu bersama Poppy Dharsono.
Tapi sayang, foto itu tidak boleh dicopy. "Maaf foto saya dengan Mbak Poppy cukup dilihat saja, jangan dipublikasikan," katanya.
Sebelum menjadi pedagang sayur keliling dengan motor angkutan barang, Surya bercerita ketika hidupnya terpuruk karena Porkas.
Ia sempat menjadi pemulung sekedar untuk menyambung hidup. Kemudian beralih sebagai pedagang sayur keliling menggunakan gerobak dorong, sehingga jangkaunnya tidak terlalu jauh.
Sejak dua tahun lalu Suryo kredit sepeda motor yang ada baknya untuk berjualan sayur. Kalau sebelunya hanya mampu berkeliling dengan radius 1 kilo meter.
Sekarang jangkaunnya lebih jauh. Dari rumahnya di daerah Duri Kepak Tanjung Duren, Jakarta Barat bisa berkeliling sampai Palmerah yang jaraknya sekitar 6 kilometer. Di bak motornya dipenuhi berbagai jenis sayur mayur, hanya menyisahkan tempat sedikit untuk istrinya sebagai kasir.
Advertisement