Sekakmat Diplomat Indonesia pada Vanuatu, Arie Kriting Mencuit
Vanuatu menjadi topik trending di Twitter setelah diplomat perempuan Indonesia, Silvany Austin Pasaribu, memberikan respon bernas atas kritik PM Vanuatu terhadap pelanggaran HAM di Papua. Arie Kriting pun ikut mencuitkan pendapatnya tentang silang pendapat warganet soal isu HAM di Papua, sikap Vanuatu, dan tindakan diplomat perempuan Indonesia.
Lewat akun Twitternya, komika kelahiran Wakatobi, Sulawesi Selatan itu mencuitkan dukungan positif kepada diplomat Silvany Austin Pasaribu. "Statementnya cukup solid. Agak beda dengan (diplomat) yang dahulu bilang, tidak ada pelanggaran HAM di Papua," cuitnya melalui akun @Arie_Kriting.
Arie bahkan menyepakati kalimat yang disampaikan Silvany, yang meminta agar Vanuatu tak campur tangan pada urusan dalam negeri Indonesia. "Setuju, negara lain tak usah ikut campur," lanjutnya.
Namun, Arie Kriting yang menuntaskan sarjananya di salah satu kampus di Malang ini juga mendorong agar Indonesia menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM di Papua. Menurutnya, selama pelanggaran HAM di Papua tak segera diselesaikan, negara tetangga seperti Vanuatu akan selalu memiliki celah untuk membawa kasus tersebut ke forum internasional. "Terbaru kasus penembakan Pak Pendeta. Sejauh ini masih ada dua versi mengenai kronologi kejadiannya. Semoga segera diusut dan mendapat titik terang," lanjutnya.
Cuitan yang diunggah 8 jam lalu itu pun, kini telah diretweet sedikitnya 282 kali, dan disukai 833 kali.
Sebelumnya, dalam forum Sidang Umum PBB (UNGA), Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman menyebut pelanggaran HAM di Papua terus berlanjut hingga saat ini. Dalam forum tahunan itu, negara tetangga Australia itu, juga menyebut jika isu Papua kini menjadi perhatian khusus negara di kawasan Pasifik. Vanuatu juga menyerukan agar komisioner PBB datang berkunjung ke PBB untuk memeriksa kondisi pelanggaran HAM di sana.
Pernyataan itu mendapat tanggapan dari diplomat perempuan, Silvany Austin Pasaribu. "Sangat memalukan jika negara ini menerus memiliki obsesi berlebihan dan tidak sehat terhadap sikap Indonesia dalam menjalankan pemerintahannya," katanya pada Minggu 27 September 2020, waktu setempat.
Ia kemudian menyebut jika alih-alih melakukan hal yang benar, Vanuatu telah melanggar prinsip penting dalam piagam PBB dalam bentuk non intervernsi dan menghormati kedaulatan negara lain. "Saya mengingatkan agar melakukan hal yang benar, tidak mengintervensi urusan domestik negara lain. Dan untuk menghormasi kedaulatan dan wilayah teretori negara lain,' lanjutnya. 'Jadi mohon, simpan nasihat itu untuk negara anda sendiri," katanya.