Sejarah Seteru Lama SBY-Mega
Partai Demokrat meradang setelah Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hanya fokus pada masa depan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Hasto menyerang SBY dan AHY secara pribadi. Ini Brutal dalam narasi politik karena Demokrat pun tidak pernah mengganggu keberadaan Puan di PDIP yang diutamakan oleh Mega, bahkan dijadikan menteri dengan kemampuan yang tidak mencukupi," ujar Kepala Divisi Advokasi DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahean, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 26 Juli 2018.
Sebelumnya, Hasto memang sempat mengkritik SBY melakukan "Keluhan Melankolis"."Monggo silakan lihat dalam jejak digital maupun media cetak, bahwa menjelang Pemilu pasti Pak SBY selalu menyampaikan keluhannya tentang Ibu Megawati. Padahal Ibu Megawati baik-baik saja Selama ini beliau (Mega) diam," kata Hasto.
Kritik Hasto sendiri sebenarnya membalas pernyataan SBY di kediamannya, Mega Kuningan, Jakarta yang menyebut peluang koalisi dengan Jokowi telah tertutup karena hubungannya dengan Megawati belum pulih.
Tidak harmonisnya hubungan SBY dan Megawati sudah menjadi rahasia umum. Hampir di berbagai kesempatan, keduanya selalu mencoba menghindar ketika bertemu.
Lantas, sejak kapan hubungan antara Mega dan SBY tak harmonis ?
Semuanya bermula 15 tahun silam, tepatnya pada tahun 2013. Saat itu, Mega yang menjabat presiden mulai tak suka dengan seringnya SBY muncul di televisi menjelang pemilu.
Apalagi, SBY awalnya adalah menteri yang sempat diresufle oleh Gus Dur. Baru setelah Megawati menjadi Presiden, SBY lantas kembali dijadikan menteri oleh Mega.
Sebagai Menteri Koordinator Politik dan HAM (Menkopolhukam), SBY memang sangat gencar mensosialisasikan pemilu 2004 di televisi. Namun sebagai orang yang berjasa mengangkat kembali SBY menjadi menteri, Mega merasa ditelikung.
Sebagai petahana, Mega juga berkepentingan untuk mengetahui siapa saja menterinya yang ingin berkompetisi dengannya.
Sayangnya, ketika ditanya Mega, SBY selalu membantah dirinya mempersiapkan diri untuk maju sebagai calon presiden pada pilpres 2004.
Sikap SBY yang lebih menonjol inipun akhirnya berbuntut pada pengucilan di kabinet. Dalam pembahasan tentang Peraturan Pemerintah (PP) tentang Kampanye Pejabat Tinggi Negara, Mega bahkan tidak melibatkan SBY.
Merasa dikucilkan, SBY sebenarnya sempat menuliskan surat kepada Mega mempertanyakan tugasnya sebagai Menkopolhukam. Namun surat itu tak berbalas.
Konflik antara Mega dan SBY akhirnya pecah dengan pengunduran diri SBY dari kabinet Mega pada 11 Maret 2004. SBY sejak saat itu lantas gencar berkampanye ke sejumlah daerah.
Perang mulut di media kala itu juga kencang. Bahkan almarhum Taufiq Kiemas pernah menyebut SBY "Jenderal kok kayak anak kecil".
Dalam pilpres 2004, Mega dan SBY lantas berkontestasi. Hasilnya, SBY meraih 60,62 persen suara dan Mega hanya mendapatkan 39,38 persen suara. (man)