Sejarah Kudeta Sudan, Puluhan Tahun Dipimpin Kediktatoran Militer
Bentrokan antara kelompok paramiliter utama Sudan, Rapid Support Forces (RSF) dan angkatan bersenjata Sudan pecah, Sabtu, 15 April 2023. AP News melaporkan, pertempuran sengit itu terjadi di Ibu Kota Sudan, Kota Khatoum dan wilayah sekitarnya seperti Kota Omdurman, serta di kota Nyala, El Obeid dan El Fasher, yang terletak di sebelah barat ibu kota Khartoum.
Al-Jazeera mewartakan, RSF dibentuk 2013 oleh Presiden Omar al-Bashir, yang digulingkan setelah berbulan-bulan protes pro-demokrasi pada 2019. Pemerintahan transisi, yang didominasi warga sipil, digulingkan militer pada 2021 dengan kerja sama RSF.
Ketegangan antara militer dan RSF telah meningkat sejak saat itu karena kedua kelompok tersebut bersaing untuk mendapatkan legitimasi dan kendali atas negara.
Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan ini diperburuk oleh hubungan tidak baik antara Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, panglima militer Sudan dengan Kepala RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.
Kudeta ini memunculkan kekhawatiran terhadap nasib demokrasi di Sudan. Negara ini telah melalui puluhan tahun kediktatoran militer.
Sejarah Kudeta Militer Sudan: Dari 1958 hingga Diktator Al-Bashir
Menurut catatan ISS, pemerintah sah Sudan sudah dikudeta hanya dua tahun sejak seremoni kemerdekaan pada Januari 1956. Kudeta ini terjadi pada November 1958.
Kudeta kedua Sudan terjadi pada 25 Mei 1959. Kudeta ini berhasil dan pemimpinnya, Kolonel Jaafar Nimeiry menjadi Perdana N Sudan.
Pada 1989, Kolonel Omar Al-Bashir memimpin kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Sadiq Al-Mahdi. Ia berhasil dan menjadi pemimpin otoriter Sudan.
Kekuasaan Al-Bashir semakin kuat dan ia menunjuk diri sendiri sebagai Presiden Sudan pada 1993. Jabatan ini diemban Al-Bashir hingga digulingkan pada 2019.
Pada periode otoriter Al-Bashir, terjadi perang sipil antara wilayah utara dan selatan. Akhirnya berujung pada perpecahan Sudan pembentukan Sudan Selatan pada Juli 2011.
Pada April 2019, militer Sudan menggulingkan Presiden Al-Bashir. Wakil Presiden sekaligus Menteri Pertahanan Sudan Letjen Ahmed Awad Ibn Nauf mendeklarasikan diri sebagai kepala negara de facto.
Letjen Ahmed kemudian mundur dan menunjuk Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan sebagai pemimpin pemerintahan.