Sejarah Hari Bhakti Postel, Diperingati Setiap 27 September
Hari Bhakti Pos dan Telekomunikasi (Postel) diperingati setiap tanggal 27 September. Tema yang diusung pada peringatan ke-76 ini ialah "Semakin Digital, Indonesia Semakin Tangguh dan Tumbuh".
Setiap tahun, pegiat maupun lembaga di bidang pos dan telekomunikasi akan memperingati Hari Bhakti Postel dengan beragam jenis kegiatan. Sebagai contoh, PT Pos Indonesia memperingati Hari Bhakti Postel ke-76 dengan mengadakan acara "Online Tour Museum Pos Indonesia" pada hari ini.
Acara tur virtual untuk melihat Museum Pos Indonesia tersebut dibuka bagi masyarakat umum secara gratis. Aplikasi Zoom yang bisa diakses mulai pukul 10.00 WIB.
Hari Bhakti Postel pada 27 September jadi momentum peringatan sejarah pengambilalihan Kantor Pusat Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT) di Bandung oleh pemuda Indonesia dari kekuasaan penjajah Jepang. Perebutan kendali Jawatan PTT itu dipelopori oleh Angkatan Muda Pos, Telegrap, dan Telepon (AMPTT) pada tahun 1945.
Sejarah Hari Bhakti Postel
Tak banyak yang mengetahui bahwa sejarah Hari Bhakti Postel 27 September ini sebenarnya dilatarbelakangi peristiwa perebutan kantor Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon, pada era pemerintah Jepang. Peristiwa itu terjadi sesaat setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia.
Kejadian berawal ketika ada keresahan dari putra-putri Angkata Muda Pos Telegrap dan Telepon, atau dikenal dengan AMPTT, yang merasa bahwa kantor Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon yang masih dikuasai Jepang harus segera diambil alih.
AMPTT mengadakan pertemuan pada tanggal 3 September 1945 untuk menyusun strategi perebutan kantor PTT Jepang. Hasilnya adalah bahwa kantor PTT Jepang harus sudah berbendera Indonesia selambat-lambatnya akhir September 1945.
Awalnya pimpinan PTT Jepang mengisyaratkan bahwa penyerahan PTT harus dilakukan oleh Sekutu. Namun AMPTT tidak menyerah, dan mengajukan perundingan. Tanggal 23 September 1945, perundingan pertama dilakukan namun menemui jalan buntu.
Perundingan kembali terjadi sehari setelahnya, namun tak juga menemui hasil sepakat. Akhirnya pada tanggal 26 September 1945, Soetoko, selaku penggerak AMPTT, melakukan koordinasi dengan pemuda dan pemudi dari berbagai golongan untuk menyerang kantor PTT Jepang. Mas Soeharto, yang berposisi sebagai yang dituakan menyetujui hal ini.
Penyerbuan dilakukan pada tanggal 27 September 1945, dan petugas PTT Jepang menyerah tanpa perlawanan. Mereka kemudian menyerahkan kantor PTT tersebut pada AMPTT, yang kemudian dilanjutkan dengan pemutaran lagu Indonesia Raya.
Mulai keesokan harinya, bekas pimpinan Jawatan PTT Jepang tidak diizinkan lagi masuk kantor. Mereka disuruh tinggal di rumahnya yang telah ditempeli tulisan "Milik Republik Indonesia." Gedung Kantor Pusat PTT pun siang malam dijaga oleh para anggota AMPTT agar tidak direbut kembali oleh tentara Jepang.
Peristiwa penyerbuan ini yang kemudian jadi dasar peringatan dan sejarah Hari Bhakti Postel 27 September. Jadi, hari besar untuk telekomunikasi dan pos secara nasional benar-benar memiliki nilai sejarah dan perjuangan yang besar pada masa tersebut.
Peringatan Hari Bhakti Postel kemudian ditetapkan pada tanggal tersebut, dan hingga sekarang diperingati setiap tahunnya.