Sejarah Gereja Unifikasi, Dikaitkan dengan Penembakan Shinzo Abe
Tetsuya Yamagami, pelaku pembunuhan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe masih menjalani proses penyelidikan kepolisian Jepang. Prajurit bela diri marinir (Angkatan Laut) Jepang itu nekat melakukan serangan tembak kepada Shinzo Abe hingga meninggal dunia karena dendam.
Dalam hal ini tidak ada kaitan dengan dendam politik. Tetsuya Yamagami meyakini Shinzo Abe terlibat organisasi Gereja Unifikasi Jepang. Diduga donasi yang disetor jemaah, termasuk ibu Tetsuya Yamagami, membuat mereka bangkrut dan hidup dalam kemiskinan.
"Ibu saya terlibat dalam kelompok agama dan saya membencinya," ungkap Yamagami dikutip dari kantor berita Kyodo.
Presiden Federasi Keluarga untuk Perdamaian Dunia dan Unifikasi cabang Jepang atau dikenal sebagai Gereja Unifikasi, Tomihiro Tanaka membenarkan bahwa ibu Tetsuya Yamagami adalah anggotanya.
"Sebulan sekali menghadiri acara gereja, tapi ia terakhir datang pada dua bulan lalu," jelasnya.
Tapi, Tomihiro Tanaka membantah Shinzo Abe terlibat kelompok ini. Meski demikian, Shinzo Abe pernah datang dan memberikan pidato ada September 2021.
"Dia bukan anggota apalagi penasihat. Memang dia sempat berpidato memuji kinerja afiliasi terhadap perdamaian Semenanjung Korea," tandasnya.
Sementara kakek Shinzo Abe yang juga adalah mantan Perdana Menteri Jepang, Nobusuke Kishi, memiliki hubungan dengan organisasi itu, dikutip dari The Straits Times.
Sejarah Gereja Unifikasi
Sebagaimana dilansir Reuters, markas utama Gereja Unifikasi berlokasi di Pusan, Korea Selatan pada 1954 oleh Sun Myung Moon. Pengikut gerakan ini disebut sebagai 'Moonies.'
Britannica melaporkan Moon menyatakan diri sebagai seorang mesias dan anti-komunikasi. Sun Myung Moon meluncurkan kampanye politik anti-komunikasi pada akhir 1960-an, pun membangun relasi dengan politikus Jepang. Ia disebut fasih berbahasa Jepang.
Pria kelahiran 1920 ini dibesarkan di gereja Protestan Presbyterian. Di masa remaja, Sun Myung Moon memandang dirinya bertugas menyelesaikan pekerjaan Yesus yang tak selesai.
Menurut Moon, dunia dibuat dengan dua sifat Tuhan, yang direfleksikan dalam dua ekspresi kehidupan, yakni Sung Sang (sebab, maskulin) dan Hyung Sang (akibat, feminin). Ia menilai tujuan penciptaan manusia adalah untuk menjalani kesenangan dalam mencintai.
Sun Myung Moon menilai Yesus masih belum menyelesaikan rencana Tuhan karena ia tidak menikah. Sun Myung Moon kemudian mengajak pengikutnya untuk berpartisipasi dalam tujuan Tuhan tersebut.
Para pengikut Sun Myung Moon percaya, mereka bisa membantu membangun Kerajaan Tuhan di Bumi dengan menerima berkat pernikahan massal yang dilangsungkan gerakan itu. Gereja itu kerap melangsungkan acara kawin massal dengan menikahkan ribuan pasangan dalam satu waktu.
Perekrutan Pengikut Gereja Unifikasi Jepang Cepat
Di awal kemunculan, perekrutan pengikut Gereja Unifikasi terbilang cepat hingga pertumbuhan keanggotaan gereja membengkak dari semula terbentuk hanya terdiri dari 100 misionaris menjadi sekitar 10.000 dalam beberapa tahun.
Hingga saat kematian Sun Myung Moon pada 2012, gereja yang ajarannya diklaim berdasarkan pada Alkitab dengan interpretasi baru, mengklaim telah memiliki sekitar tiga juta pengikut. Namun, dikutip AFP, beberapa ahli mengatakan keanggotaan Gereja Unifikasi telah turun tajam dari puncaknya pada 1980-an menjadi beberapa ratus ribu saja.
Sementara itu, Gereja Unifikasi cabang Jepang didirikan pada 1959 ketika gereja mengirim misionaris ke Jepang dan Amerika Serikat pada akhir 1950-an, membina anggota yang berpikiran bisnis.
Advertisement