Sejarah Desa Kesiman Gemblung hingga Sukses dengan BUMDes-nya
Kesiman adalah salah satu desa di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Desa yang berada di kaki Gunung Arjuno-Welirang ini sukses mengembangkan (Badan Usaha Milik Desa) BUMDes-nya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) sekaligus mendongkrak perekonomian warganya.
Desa ini dulunya disebut dengan Desa Kesiman Gemblung. Lalu bagaimana sejarahnya?
Dikutip dari cerita Serpihan Catatan Ayuhanafiq seorang pemerhati sejarah semula desa ini dulunya terisolir dan terhubung dengan desa tetangga hanya dengan jalan setapak saja.
Setelah proses pembangunan berlangsung dan jalan penghubung diperbaiki membuat warga desa terbuka. Mereka jadi malu saat nama desanya Kesiman Gemblung dijadikan bahan olokan. Keseringan ditertawai membuat hati mereka tidak nyaman.
Hingga kemudian dalam sebuah pertemuan di Kabupaten Mojokerto yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur ke-8, Sunandar Priyo Sudarmo. Saat pertemuan itu mantan komandan Batalyon Merak 504 itu berseloro. "Desa kok namanya Gemblung," ulasnya dikutip dari Serpihan Catatan Ayuhanafiq dengan judul Demi Makna, Desa Berubah Nama.
Perkataan yang disambut dengan riuh tawa seluruh peserta rapat, tentu terkecuali perangkat desa Kesiman Gemblung yang cuma bisa cengar-cengir saat desanya dibuat bahan tertawaan.
Rapat desa pun digelar pada 1983. Agendanya mengganti nama. Mereka ingin kata Gemblung hilang dari papan nama desa. Usulan yang muncul diantaranya Kesiman Jaya, Kesiman Asri, Kesiman makmur dan sebagainya. Pada akhirnya yang dipilih adalah Kesiman, tanpa embel-embel tambahan.
Hasil rapat tersebut kemudian disorongkan pada pemerintah Provinsi yang memiliki kewenangan. Perubahan nomenklatur pemerintahan desa harus dengan tanda tangan gubernur. Ternyata proses itu tidak secepat harapan. Butuh waktu hampir sepuluh tahun hingga bukan pertengahan 1992 surat keputusan itu turun dan menetapkan nama Desa Kesiman.
Mengenai nama awalnya, Kesiman Gemblung diyakini berasal dari kata Sima dan Gemblung. Sima berarti macan yang dulunya memang banyak terdapat di hutan desa tersebut.
Kesiman bisa dimaknai tempat yang banyak macamnya. Sedangkan Gemblung diambil dari tanah sawah disana yang berbunyi blung-blung-blung. Bunyi yang muncul dari lapisan bawahnya berongga.
Selepas dari cerita sejarah Desa Kesiman yang sempat menjadi bahan tawaan saat ini menjelma menjadi desa yang sukses mengelola BUMDes.
BUMDes Mitra Warga milik Desa Kesiman itu mendapatkan penghargaan terbaik 1 kategori Unik dan Inovatif pada lomba BUMDes tingkat Jawa Timur dalam acara Jambore Bumdes ke 3 diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Jawa Timur yang digelar di Tulungagung, pada Minggu 12 November 2023.
BUMDes yang berdiri sejak tahun 2016 itu memiliki lima unit usaha. Meliputi, usaha pengelolaan pasar desa, gedung serba guna, pengelohan sampah, Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM), dan terbaru Wisata Kuliner Lore Omah.
Direktur BUMDes Mitra Warga Kesiman, Sri Suhartono menjelaskan, BUMDes Mitra Warga Kesiman mendapatkan pendampingan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Surabaya (Ubaya) dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Sinergi yang bagus antara Ubaya dengan desa dan pemerintah Kabupaten Mojokerto sukses mendongkrak perekonomian warga.
"Ubaya mendampingi kami terkait dengan pendesainan miniatur pantai 'Lore Omah' dan juga pendampingan terkait pelaporan keuangan. Juga kami dibantu dengan diberikan tong sampah," jelas Sri.
Kepala Desa Kesiman, Helmi Affandi mengatakan, PADes Kesiman mencapai Rp 154 juta pada tahun 2022. Dari angka itu sebesar Rp120 juta disumbang dari hasil usaha BUMDes.
"Dari lima usaha BUMDes yang paling banyak menyumbang PADes adalah unit wisata 'Lore Omah'," kata Helmi, kepada ngopibareng.id, Senin 27 November 2023.
Pendampingan dari LPPM Ubaya itu sangat membantu BUMDes Mitra Warga. Salah satunya pengelolaan keuangan yang dulunya hanya memiliki buku pencatatan manual, belum memiliki laporan keuangan. Ubaya memberikan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas pencatatan keuangan unit usaha BUMDes Desa Kesiman melalui aplikasi keuangan AAE, yang sudah berstandar nasional untuk laporan keuangan.
"Adminitrasi BUMDes Mitra Warga jadi tertata rapi dan lebih baik," ungkapnya.
Advertisement