Sejarah Berdarah MayDay, Hari Buruh se Dunia 1 Mei
Peringatan Hari Buruh se Dunia atau MayDay, 1 Mei 2020 sepi dari unjuk rasa. Selain karena Ramadhan, polisi mengimbau agar buruh tak turun jalan untuk membatasi interaksi sosial di luar ruang di tengah pandemi virus Corona, Covid-19.
Sejarah panjang MayDay di Indonesia sebenarnya juga pernah dilarang pemerintah. Bahkan saat orde baru berkuasa, peringatan MayDay hampir tak pernah terjadi. Begitujuga saat penjajahan kolonial Belanda juga tidak pernah ada peringatan MayDay.
Pelarangan MayDay
Pelarangan Hari Buruh pertama kali di Indonesia terjadi pada hari buruh di tahun 1926. Saat itu, Belanda harus mengantisipasi mulai menguatnya gerakan perlawanan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Banyak pentolan buruh diduga ada di dalam gerakan perlawanan ini sehingga Belanda melarang MayDay dan berhasil menggagalkan perlawanan yang digagas PKI ini.
Sejak saat itu, peringatan hari buruh di Indonesia nyaris tak ada. Peringatan hanya bisa dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak pernah bisa mengerahkan massa buruh dalam jumlah banyak untuk turun ke jalan.
Mengutip Historia, peringatan hari buruh di Indonesia baru dilakukan kembali setelah merdeka tepatnya pada masa pemerintahan Orde Terpimpin era Kabinet Syahrir.
Saat itu, Barisan Boeroeh Indonesia (BBI) pada 1946 mengajukan tuntutan terbuka pada presiden Soekarno agar 1 Mei ditetapkan sebagai hari buruh. Soekarno-pun mengabulkannya. Setiap MayDay, Soekarno juga selalu hadir untuk menyemangati para buruh.
Melalui maklumat Menteri Sosial Maria Ulfah, 1 Mei 1946 diperingati hari buruh secara resmi di Indonesia. Maklumat itu juga mendorong para pengusaha memberikan upah dan gaji yang layak bagi para buruh.
Sejak saat itu, gerakan buruh di Indonesia semakin menguat, puncaknya pada 20 April 1948, para buruh berhasil mengawal ditetapkannya Undang-undang nommor 12 tahun 1948 tentang kerja. Dalam undang-undang itu salah satunya disebutkan bahwa para buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja setiap peringatan hari buruh, 1 Mei.
UU 12 tahun 1948 juga mempertegas posisi buruh, serta mulai adanya perlindungan buruh; larangan mempekerjakan anak; larangan mempekerjakan buruh perempuan di sektor yang membahayakan; memberikan cuti bagi wanita menyusui, melahirkan serta haid.
Belenggu Orde Baru
Sejarah kelam hari buruh di Indonesia muncul saat Orde Baru berkuasa. Penyebabnya lagi-lagi buruh dikaitkan dengan paham komunisme. Elit buruh dinilai menjadi penyokong utama PKI. Orde Baru lantas membentuk Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan menetapkan 20 Februari sebagai Hari Pekerja Nasional untuk memecah dan menandingi MayDay.
Peringatan MayDay yang tetap digelar buruh selalu berujung pada upaya represif orde baru. Salah satu peristiwa penting yang menandai MayDay berdarah orde baru adalah pembunuhan Marsinah pada Mei 1993.
Marsinah adalah aktivis buruh dari pabrik jam PT Catur Putra Surya yang berada di Porong, Sidoarjo. Kini pabrik yang dulu tempat Marsinah bekerja telah tenggelam dilumat Lumpur Lapindo.
Tragedi penangkapan buruh saat peringatan MayDay juga terjadi pada 1 Mei 1995. Saat itu, Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) nekat menggelar MayDay. Unjungnya, sudah bisa dipastikan, beberapa pentolan aksi ditangkapi aparat.
Peringatan hari buruh di Indonesia baru kembali bisa digelar ketika Soeharto lengser. Pada tahun 2013, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, 1 Mei lantas ditetapkan sebagai hari libur nasional. Ketentuan meliburkan 1 Mei lantas berlaku hingga saat ini. Di berbagai daerah setiap 1 Mei selalu dibanjiri unjuk rasa ribuan buruh untuk memperingati MayDay.
Sejarah Berdarah MayDay Internasional
Situs organisasi pekerja industri sedunia (IWW) menyebutkan peringatan MayDay tak bisa dilepaskan dari revolusi industri abad 19 ketika para buruh bekerja selama 10-16 jam dalam kondisi yang tidak nyaman dan aman.
Sejak tahun 1860-an, wacana untuk membatasi durasi bekerja mulai digaungkan para buruh. Para buruh lantas menyepakati bahwa durasi logis bekerja adalah 8 jam hingga akhirnya pada 1884, kelompok buruh yang berasal dari 200 ribu pekerja Amerika bersepakat dan mendeklarasikan tuntutan utama 8 hari kerja.
Tuntutan 8 jam kerja ini lantas secara resmi berlaku sejak 1 Mei 1886 dalam sebuah konvensi nasional di Chicago Amerika Serikat yang dilakukan Federasi Perdagangan Terorganisir dan Serikat Buruh.
Peringatan pertama 1 Mei 1886 berlangsung damai meskipun diwarnai pemogokan kerja. Namun peringatan MayDay kala itu tidak hanya berlangsung sehari. Di hari ketiga terjadi bentrokan antara buruh dan aparat keamanan hingga mengakibatkan dua buruh tewas.
Tewasnya dua buruh itu membuat para buruh berkumpul di lapangan Haymarket. Dari lapangan inilah, buruh sepakat melawan hingga akhirnya terjadi bentrokan susulan yang menwaskan 40 buruh terluka dan 8 tewas. Tujuh tokoh buruh yang dituduh sebagai dalang peristiwa ini lantas diganjar hukuman mati satu tahun kemudian.
Peristiwa berdarah Haymarket menarik perhatian global dan menginspirasi penyelenggaraan Kongres Sosialis Internasional II di Paris dan menetapkan 1 Mei sebagai hari pembebasan kelompok buruh se dunia.
Advertisement