Sehat Yes, Panik No! Ini Pesan Islam Perspektif Spiritual (2)
Dalam Maqashid Syariah, terdapat tujuan Hifdzun an-nafs (Menjaga Jiwa). Inilah yang relevan dalam kondisi Pandemi COVID-19, kita harus melakukan social distancing dan physical distancing, sesuai protokol kesehatan.
Kita tahu, Maqashid syariah bila diartikan secara bahasa adalah tujuan syariah. Tujuan utama dari maqashid syariah adalah merealisasikan kemanfaatan untuk umat manusia (mashâlih al-’ibâd) baik urusan dunia maupun urusan akhirat. 1) Hifdzun ad-diin (Menjaga Agama); 2) Hifdzun an-nafs (Menjaga Jiwa); 3) Hifdzun Aql (Menjaga Akal); 4) Hifdzun Nasl (Menjaga Keturunan); dan 5) Hifdzun Maal (Menjaga Harta).
Terkait hal ini, Haidar Bagir seorang aktivis tasawuf, berpesan agar "Sehat Yes, Panik No!" Berikut kami sajikan tulisan tersebut dari ceramahnya soal tasawuf di youtube, alam bagian kedia/terakhr:
Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-Tin [95]: 4)
Bahkan, saya percaya, kesempurnaan itu sekaligus termasuk aspek kerohanian maupun aspek tubuh manusia. Artinya, sifat asli tubuh kita adalah sehat dan sempurna.
Jadi kita tidak perlu ngoyo, tidak perlu obsessed, tidak perlu berlebihan dalam menjaga tubuh kita. Kita ikuti saja keseimbangan tubuh yang Allah sudah karuniakan kepada kita. Rasulullah saw. menyarankan, makan dan minumlah seperti sewajarnya orang-orang makan dan minum. Yang tidak boleh itu adalah berlebih-lebihan.
Di dalam Islam, kita juga diajarkan, khususnya dalam Tasawuf, agar tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging merah. Para pendahulu juga mengajarkan supaya menjadikan diet kita itu seimbang. Daging secukupnya, daging merah sedikit, daging putih seperti ikan-ikanan diperbanyak, lalu juga selalu ada sayur-mayur dan buah-buahan.
Sebetulnya kalau kita mengikuti saja cara-cara yang normal, yang seimbang, yang proporsional ini, dan juga hidup kita pasrah, karena seringkali penyakit itu datangnya bukan dari diet, bukan dari kurang olahraga --meskipun olahraga itu harus-- tapi justru datang dari persoalan-persoalan kejiwaan yang disebut psikosomatis.
Misalnya, selain karena kelainan organik atau bawaan lahir, penyakit jantung bisa juga datang dari persoalan kejiwaan. Stroke juga bisa karena stres, kemudian mag atau gastritis juga bisa dari persoalan kejiwaan. Jadi jangan justru karena tegang dan ketakutan, akhirnya di satu sisi seperti berusaha memelihara kesehatan, di sisi lain justru ini malah menimbulkan penyakitpenyakit yang lebih berat.
Jadi kita perlu keseimbangan, seperlunya saja, tidak usah obsessed. Kita yakin bahwa tubuh kita memang sudah diciptakan sebelumnya dengan seimbang. Yang penting adalah jangan berlaku zalim kepada diri kita, kepada badan kita, berakhlaklah yang baik kepada diri kita, dan lakukan segalanya secara normal, tidak berlebihan.
Saya yakin, insya Allah, kita akan mendapatkan kesehatan yang kita dambakan. Kita harus ingat bahwa ada Allah swt. yang bukan hanya Maha Kuasa tapi juga Maha Bijaksana.
Allah pada akhirnya akan menentukan kita itu sehat atau sakit, kita itu mati muda atau panjang umur. Sehingga, lagi-lagi, sikap obsesif itu tidak benar. Bukan hanya keliru dalam hal kita ingin memelihara kesehatan, tetapi dari sudut pandang agama itu adalah suatu sikap yang melanggar prinsip paling dasar dari ajaran agama kita, yaitu Islam.
Islam itu artinya pasrah, pasrah kepada Allah swt. Iman itu artinya yakin bahwa Allah itu Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Berusaha itu adalah kewajiban kita, berakhlak mulia kepada tubuh kita, mengikuti anjuran Rasulullah saw. Selebihnya soal kita sehat atau sakit tetap kita pasrahkan kepada Allah swt. Karena hukum alam itu adalah satu hal, tetapi di atasnya terdapat takdir, qadha dari Allah swt.
Dalam kasus adanya wabah virus Corona ini, sudah seharusnya kita berjaga-jaga demi menjadi lebih baik. Kita perlu berjaga-jaga dan menerapkan berbagai aturan agar wabah ini tidak semakin menyebar luas, tetapi pada saat yang sama kita tidak perlu panik karena yang membuat wabah itu adalah Allah swt.
Kalau Allah mau menyelamatkan kita, maka kita akan selamat. Sementara kalau memang wabah ini menjadi wasilah agar kita lebih cepat menghadap Allah, kita pasrahkan saja, karena Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Lebih baik Allah yang mengambilkan keputusan untuk kita ketimbang kita sendiri merasa lebih tahu apa yang lebih baik bagi diri kita.
Jadi saya kira ini yang penting untuk saya sampaikan. Mari kita berdoa semoga Allah swt. selalu memberi ‘afiyah kepada kita, keselamatan dari penyakit dan bala. Semoga Allah menyelamatkan keluarga kita, tetangga kita, dan siapa pun di belahan bumi manapun juga.
Setelah semua upaya kita lakukan, mari bertawakal, kita pasrahkan semua kepada Allah dan rida dengan apa pun yang datang dari Allah swt. Kalaupun ada di antara kita—mudahmudahan Allah menjauhkannya di antara keluarga dan orang-orang dekat kita—yang akhirnya terkena virus Corona, maka itu adalah kehendak Allah swt.
Janganlah panik, jangan tegang dan jangan tidak menerima kenyataan. Karena jangan-jangan hal itu justru bermakna bahwa kita belum bisa mencapai maqam kesabaran, apalagi maqam ke-ridha-an dalam menerima apa pun juga yang datangnya dari Allah swt.