Sehari Jelang Pilgub DKI, Antasari dan Anas Keroyok SBY
Jakarta: Gara-gara mengusung anaknya Agus Harimurti Yudhoyono dalam Permilihan Gubernur DKI, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikeroyok orang-orang yang selama ini "dikorbankannya". Sehari menjelang pencoblosan 15 Februari, mantan Ketua KPK Antasari Azhar dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyerang presiden dua periode itu secara hampir bersamaan.
Antasari yang belum lama mendapat grasi Presiden Joko Widodo menggelar jumpa pers ''menyerang'' SBY. Sedangkan AU --demikian Anas Urbaningrum biasa dipanggil-- menyindir mantan bosnya di Partai Dermokrat itu melalui cuitan di twitter. Antasari pernah dipidana dalam kasus korupsi. Sedangkan AU sampai sekarang menjadi penghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin Bandung dalam kasus korupsi.
Apakah keroyokan dua orang seteru SBY ini bagian dari strategi menggembosi Agus dalam pilkada DKI? Entahlah. Yang pasti, semua orang tahu bahwa naiknya Agus yang tadinya berkarir di militer ini sempat mengejutkan publik. Ada kesan SBY memaksakan kemunculan Agus dalam Pilkada ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang dia untuk mempersiapkan putra sulungnya itu dalam kancah politik berikutnya.
Antasari tidak hanya minta SBY berkata jujur tentang tuduhan kriminalisasi yang menimpa dirinya. Bahkan, ia melaporkan dugaan kriminalisi tersebut ke Bareskrim Polri yang berkantor sementara di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Selasa (14/2/2017). Ia juga mengungkapkan kalau Cikeas pernah mengutus Hary Tanoesudibyo agar dia tidak menahan besan SBY Aulia Pohan.
Sedangkan AU dalam cuitanya mempertanyakan pembelaan SBY terhadap kecenderungan Islamophobia. Hanya saja, AU ragu terhadap pembelaan SBY tersebut. ''Yang bukan rahasia adalah sulit menemukan rekam jejaknya dalam sejarah pergerakan (aktivisme) (umat) Islam di Indonesia,'' cuitnya.
Karena itu, lanjut AU, kurang elok jika untuk kepentingan pilkada lalu ''memanfaatkan'' isu Islam. Janganlah hanya demi mengejar ambisi kekuasaan lantas ''memperalat'' isu Islam.
Banyak pihak menduga SBY memang menggunakan para habaib dan tokoh Islam yang tergabung dalam FPI untuk mendukung anaknya dalam pilkada DKI. Berbagai gerakan mobilisasi umat Islam di Jakarta belakangan ini merupakan bagian dari gerakan tersebut. Dugaan itu makin kuat saat para tokoh yang terlibat gerakan massa menentang Ahok berangkat umrah bersama Agus, beberapa hari ini.
Tampaknya aroma persaingan tingkat tingi masih akan berjalan panjang. Tidak hanya sekadar dalam rangka pilgub DKI, tapi juga akan terus membara setelahnya. Sebab, pada akhirnya, dengan tampilnya SBY kemabli daslam kancah politik, membuat para tokoh yang bersebarangan pasang kuda-kuda.
''Perang Bintang'' makin terbuka. Barangkali tidak hanya soal Agus Harimurti dan Ahok, tapi juga para pemimpin politik lain seperti Presiden Jokowi, Megawati, dan tokoh-tokoh lainnya. Sayangnya, ''perang bintang'' ini menyeret isu yang paling sensitif yang menyangkut agama.
Semoga bara panas politik di sekitar Pilgub DKI ini segera redan kembali. Kalau tidak, kayaknya kita patut menjadi penonton yang sportif. Tidak ikut baku hantam. Tapi sekadar menjadi suporter dari masing-masing pihak yang bertarung politik. Asyik! (Tim ngopibareng)