Sehari Bersama Mo Salah ‘The King Of Egypt’
Mohammed Salah tersenyum. Ini adalah ekspresi orang yang telah terbiasa menonton Liga Utama Inggris selama delapan bulan terakhir.
Duduk di dalam Stadion Anfield Liverpool sehari setelah mencetak gol kunci di leg kedua perempat final Liga Champions, membuat suasana hati Salah begitu santai.
Kurang dari 12 jam sebelumnya, Salah telah mencetak gol ke-39 di musim ini saat Liverpool menang 2-1 atas Manchester City, sehingga mengirim klub itu lolos ke empat besar kompetisi paling bergengsi di Eropa.
Mengenakan jaket hoodie hitam dan celana skinny jeans robek-robek warna hitam, Salah perlahan-lahan menghabiskan kopinya saat dia melihat keluar di lapangan Anfield setelah sesi pemulihan di tempat latihan terdekat.
"Saat kecil saya suka bermain Playstation (klub) Liverpool," canda Salah saat berbincang dengan Becky Anderson dan James Master dari CNN, saat berjalan kaki menyusuri kawasan dermaga Albert Docks di Liverpool, Selasa 24 April 2018.
Menilik lebih jauh dari kehidupan Salah, dia hanyalah seorang anak yang sama dengan anak-anak pada umumnya. Bahkan ia suka bermain di klub Liverpool saat bermain Playstation.
Di kemudian hari, Salah memang tampil mengesankan sepanjang musim sejak bergabung bersama Liverpool. Ia bahkan diganjar penghargaan 'Player of the Year' oleh Professional Footballer’s Association (PFA), pada Minggu 22 April 2018 lalu.
Usai mendapatkan penghargaan itu, pria 25 tahun ini pun memberikan sindiran pada klub lamanya, Chelsea di bawah asuhan pelatih Jose Mourinho (2014).
Sebelumnya, Salah memang sempat dicap sebagai pemain yang mengecewakan saat memperkuat Chealsea. Dirinya hanya tampil sebanyak 13 kali dalam skuat inti The Blues.
Salah didatangkan Liverpool dari AS Roma pada musim panas ini dengan harga 36,9 juta poundsterling (kira-kira Rp 671 miliar). Winger internasional Mesir itu telah menyumbangkan 41 gol untuk Liverpool dari 46 laga di semua kompetisi.
Tapi Salah tidak mau menyombongkan diri atau berbangga hati meski penghargaan yang sudah diraihkan bisa disejajarkan dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
"Saya akan meninggalkan itu (penghargaan)," kata Salah ketika ditanya jika dirinya menjadi pemain bola terbaik ketiga di dunia.
Sesi wawancara pun berakhir. Angin menusuk berhembus masuk ke lubang celana jeansnya. Salah pun ingin menghangatkan tubuhnya. Apalagi dari lokasi wawancara jaraknya dekat dari Hotel Aloft di North John Street.
Menu makanan di hotel itu yang menggoda selera Salah, sehingga wawancara dilanjutkan dengan makan malam.
Makan Kushari di Mesir
Sesekali kepalanya menengok ke arah belakang dan mulutnya bergumam ketika Salah mulai berjalan menuju meja, meskipun ia terbiasa datang ke tempat ini sejak tiba di Merseyside.
Salah duduk dan mulai memesan fillet salmon, yang dilengkapi dengan wortel pelangi, samphire, daun bawang dan pure kentang.
Ini cukup adil untuk mengatakan bahwa Salah belum menemukan masakan Inggris sesuai seleranya, meskipun ia telah mencoba kue tradisional serta ikan dan kentang goreng. Tapi itu semua belum membuat dirinya terpukau.
"Nutrisi sangat penting, itu bagian dari permainan," katanya. "Ini telah membantu pemulihan saya, memungkinkan saya untuk tidur lebih baik dan membantu tubuh saya beradaptasi dengan cepat."
Pria kelahiran 15 Juni 1992 itu menambahkan, "Ahli gizi mengatakan bahwa saya tidak memiliki lemak di tubuh, saya bisa makan apa yang saya inginkan. Saya juga bukan peminum (alkohol), jadi tidak ada masalah."
Sebenarnya, makanan kegemaran Salah adalah Kushari. Hidangan asal Mesir itu biasa disebut Koshary, Kosheri atau Koshari adalah hidangan Mesir yang dibuat pada abad ke-19 yang terbuat dari nasi, makaroni (past) dan lentil, di atasnya disiram saos tomat, buncis, aroma bawang putih dan taburan bawang goreng.
"Ketika saya kembali ke Mesir, saya biasa meminta teman untuk membeli Kushari dan kami akan memakannya di mobil," katanya.
"Saya buka (jaket) hoodie saya lalu melompat ke dalam mobil dan kemudian saya memakannya langsung," sambung Salah.
Berbicara tentang Mesir dan rumah adalah pembicaraan yang menarik selain makanan. Salah tak pernah melupakan Nagrig (kota kelahiran), dan dia selalu datang ke sana setiap pulang ke Mesir.
Salah bukan cuma jadi bintang di Anfield. Beberapa pekan lalu dia jadi pahlawan nasional negaranya saat mengantar Mesir lolos ke Piala Dunia 2018. Dia mencetak dua gol penentu kemenangan Mesir.
Mesir masuk ke grup A untuk Piala Dunia nanti. Mereka berbagi tempat dengan Uruguay, Rusia, dan Arab Saudi.
Piala Dunia 2018 adalah yang pertama didapat Mesir setelah yang terakhir tampil pada 1990. Selebrasi besar dilakukan Salah bersama rekan-rekannya serta para fans sesudah laga tersebut.
Di tengah kebintangannya yang terus bersinar terang, Salah masih jadi pribadi yang sederhana dan rendah hati. Tidak ada yang berubah dari dirinya. Salah yang kini dielu-elukan publik Anfield masih sama dengan Salah yang membela El Mokawloon, klub pertamanya, lebih dari 10 tahun lalu.
Usai mengantar Mesir lolos ke Piala Dunia 2018, Salah ditawari vila mewah oleh salah seorang pengusaha kaya setempat. Tapi Salah ternyata tidak tertarik dengan hadiah tersebut. Alih-alih menerimanya, Salah malah meminta si pengusaha kaya itu memberikan donasi ke kampung halamannya.
"Saya harus alami dan tidak melakukan sesuatu yang palsu, tidak berbohong di media sosial, dalam wawancara dan kehidupan," ucap pria yang dijuluki The King of Egypt itu.
Soal tekanan yang selama ini diterima Salah dianggapnya sebagai hal yang wajar. "Ketika Anda berada di bawah tekanan selama bertahun-tahun, Anda bisa menghadapinya. Tidak ada masalah," sambung Salah.
Tekanan dan harapan
Jika ada tekanan pada Salah, dia tidak menunjukkannya. Tenang, rileks dan senang berbicara, dia tidak tampak terganggu oleh tekanan yang semakin menumpuk di pundaknya.
Untuk Mesir, ia mewakili tim nasional dan harapan semua orang. Tetapi tugasnya yang lebih mendesak adalah membantu mengarahkan Liverpool melewati mantan majikannya, Roma, dan menuju Piala Eropa keenam, yang pertama sejak 2005.
Liverpool telah bergerak melalui kompetisi tak terkalahkan sejauh ini, dan kemenangannya atas juara Premier League Manchester City menggarisbawahi kredibilitasnya di kompetisi piala paling bergengsi di Eropa.
Sejauh ini jumlah gol yang disarangkan Salah ke gawang lawan terus bertambah, sehingga ia mempunyai harapan buat klubnya.
"Itu membuat saya bekerja lebih keras," katanya tentang harapan para fans. "Saya memberikan segalanya, lebih dari sebelumnya karena sekarang ada lebih banyak tekanan. Semua orang mencari Anda untuk melakukan sesuatu. Ketika saya tidak mencetak gol dalam satu pertandingan, mereka berkata 'Wow, dia bermain buruk'," katanya.
Salah kemudian menambahkan, "Setiap orang mengharapkan sesuatu di setiap pertandingan yang saya mainkan. Saya tidak harus mencetak gol di setiap pertandingan tetapi saya ingin melakukan yang terbaik. Saya ingin memberikan segalanya untuk klub untuk rekan tim saya dan saya juga".
"Apakah itu Mo Salah?"
Bukan hanya fans Liverpool yang mengidolakan Salah, seluruh kota tampaknya telah mengaguminya.
"Apakah itu Mo Salah?" seorang pria berkata dengan penuh semangat ketika mencoba mengambil foto, jarinya terus-menerus menekan tombol di ponselnya.
"Saya penggemar Everton tetapi Anda harus menghargai apa yang telah dilakukan Salah musim ini," kata seorang warga kepada CNN.
"Istri saya adalah penggemar Liverpool dan dia benar-benar mencintainya," imbuh orang tersebut.
Ketika orang banyak berkerumun, Salah urung melanjutkan perjalanannya, dia sengaja berhenti untuk foto dengan penggemarnya.
"Dia benar-benar brilian," seorang sopir taksi lokal memberi tahu CNN. "Apa yang telah dia capai musim ini, fenomenal. Saya tidak berpikir ada yang berpikir dia akan memiliki dampak ini".
Seolah Liverpool telah dibawa Salah atau Salah yang dibawa ke Liverpool. Yang pasti, kota ini serasa rumah yang telah menyambut dan menghormati, meskipun Salah mengakui bahwa memahami aksen lokal tetap menjadi tantangan.
"Ini adalah perasaan yang luar biasa untuk merasakan cinta dari hari pertama saya di sini," katanya tentang waktunya di Liverpool.
Dia merefleksikan lagi harapan yang ditekankan padanya. "Ini juga lebih banyak tekanan tapi itu sesuatu yang besar untuk berada di sini di kota ini. Ini sesuatu yang berbeda".
Legenda Liverpool
Perjalanan Salah pun berlanjut ke Museum The Beatles, salah satu tempat wisata paling populer di kota itu. Salah kembali berhenti untuk foto dengan salah satu balita, sementara seorang wanita hanya berteriak, “Aku mencintaimu.”
“Itu Mo Salah, bukan?” seorang pria bertanya pada rekannya ketika mencoba untuk mengangkat lehernya untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik?
“Mo Farah? Itu bukan Mo Farah,” katanya dengan acuh saat Salah berjalan ke tangga dan masuk ke pintu masuk.
Di dalam museum, kehadiran Salah mulai mengalihkan perhatian beberapa pengunjung. Sekelompok anak sekolah mulai menyanyikan lagu untuk Mo Salah, sambil berusaha untuk lebih dekat dengannya sebelum mengambil foto selfie.
Ketika anak-anak menonton Salah melakukan solo drum pendek. Setelah itu, Salah berjalan kembali mengambil foto dan musik band Liverpool yang paling terkenal sebelum membuat perjalanan singkat ke patung Beatles di tepi pantai.
Setelah berhenti untuk lebih banyak foto, ia akhirnya berbaris di samping John, Paul, George, dan Ringo. Mungkinkah pemimpin Liverpool berbagi patung satu hari bersama dengan sesama pemain depan Roberto Firmino dan Sadio Mane?
Untuk saat ini, Salah hanya tertawa. Tetapi bagi seorang pria yang tidak bisa berbuat salah, jangan bertaruh melawannya. (*)
Advertisement