Seforum Bersama Said Aqil, Begini Respon Ulama Lebanon
Seorang ulama asal Lebanon, Syekh Zuhar Utsman Al-Zua'id, berkesempatan hadir di Indonesia. Ia hadir pada Seminar Internasional digelar Lembaga Dakwah PBNU bertema Peran Umat Islam Indonesia dalam Membangun Peradaban Dunia di Jakarta, Jumat 7 Desember 2018.
Di tengah sorotan pada diri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj karena sejumlah pernyataannya, Syekh Zuhar Utsman justru memuji cara bicara dan materi yang disampaikannya.
“Penyampaiannya (Kiai Said) lugas, serius, tapi ada juga yang bercanda tawa, dan itu tidak ada pada saya. saya akan serius kaku, dan bosan mendengarkannya,” katanya melalui bahasa Arab yang diterjemahkan penerjemah dari LD PBNU.
"Bahasa Arab begitu kaya. Kalau tidak sampai pesan-pesan saya, maka tanya kepada penerjemah,” kata Syekh Zuhar Utsman Al-Zua'id.
Ketua Jabhat Al-A’mal Islami di Lebanon ini mengatakan, apa yang akan disampaikannya, tidak akan sebanding dengan yang disampaikan Kiai Said. Ia juga mengatakan penyampaiannya tidak akan panjang lebar.
“Ketika saya menyampaikan materi, mungkin ada yang tidak suka. Saya tidak bisa seperti Kiai Said karena saya butuh terjemah. Bisa jadi pemikiran-pemikiran saya dipotong terjemah,” katanya disambut tawa hadirin.
"Bahasa Arab begitu kaya. Kalau tidak sampai pesan-pesan saya, maka tanya kepada penerjemah,” lanjutnya.
Selanjutnya ia menyampaikan terima kasih kepada Duta Besar Indonesia untuk Lebanon Ahmad Chozin Chumaidi yang menyampaikan pesan-pesan NU di Lebanon dengan sangat baik.
Menurut dia, pemikiran yang akan disampaikannya bisa jadi ada yang disepakati oleh forum dan ada yang tidak. Namun, ada banyak hal yang sepakat.
“Yang penting Islam mengajak kepada kebersamaan,” katanya.
Sebelumnya, KH Said Aqil Siroj memaparkan peran ulama-ulama moderat dalam sejarah Islam yang dimulai dengan mengutip ayat Al-Qur’an. Ia menyampaikan hal itu dengan bahasa Arab yang fasih.
Sebelumnya, pada forum tersebut Kiai Said Aqil menegaskan, Allah di dalam Al-Qur’an tidak pernah menyebutkan secara eksplisit umat Islam, apalagi bentuk negara. Di dalam Al-Qur’an yang disebutkan Allah adalah umat yang moderat, penengah dalam berbagai situasi.
“Wa kadzalika ja'alnakum ummatan wasathan,” katanya.
Ayat tersebut artinya adalah “Dan demikianlah, telah Kami jadikan kamu suatu umat yang di tengah (moderat).”.
“Tidak ditemukan ummatan islam, silakan bacakan Al-Qur’an dari awal sampai akhir. Tidak ditemukan, ummatan islamaiyatan, ummatan arabiyan, daulatan isalmiyatan. Yang ada adalah ummatan washatan, bil washatiyah,” katanya
Menurut Kiai Said, sejarah membuktikan, umat Islam dibangun oleh tokoh-tokoh yang berupaya menjadi ummatan washatan, moderat. Imam Hasan Basri misalnya, ia muncul menjadi perekat pada situasi umat Islam terpecah-belah karena persoalan politik dan mazhab pemikiran Islam selepas masa Tabi’in.
Kemudian, tokoh yang berupaya seperti itu adalah Imam Syafi'i yang mengambil sisi moderat dalam menyatukan syariat (fiqih) dengan menggunakan akal, tidak hanya tekstual.
Tokoh selanjutnya, adalah Imam Ghazali yang mengambil sisi moderat dengan menyelaraskan antara fuqaha dan (ahli fiqih) dan sufi (ahli tasawuf).
“Mereka adalah ulama-ulama cerdas,” katanya.
Di Indonesia, kata Kiai Said, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama memiliki kecerdasan menggabungkan agama dan nasionalisme.
Kegiatan yang dihadiri ulama asal Lebanon yaitu Syekh Zuhar Utsman Al-Zua'id. Saat berita ini ditulis, seminar tersebut masih berlangsung. (adi)