Sedottt An...
Gaya hidup baru itu bernama sedotan. Lama sekali tak ada yang peduli. Kini, tahu-tahu, sedotan sudah jadi gaya hidup yang bukan main.
Malah, tak sedikit yang kebablasan. Dengan gaya hidup baru itu. Melihat sedotan plastik terpampang di atas meja, muka sebal langsung ditampakkan. Kepada siapa saja. Yang masih berhubungan dengan sedotan plastik.
Tak hanya muka sebal, ada yang seketika mencureng sinis. Pula, ada yang terdekteksi super extrem, melihat sedotan seperti melihat setan. Maka dia langsung lari sipat kuping, alias tunggang langgang kesetanan.
Sedotan cukup lama hanya jadi bahan joke. Guyonan yang tiada habisnya. Bahan lawakan yang memang lucu. Misalkan: eh... kamu cantik lho kalau mecucu begitu. Yang dipuji pun menjawab tangkas: iya cantik! Tapi lihatnya dari Hong Kong. Gundulmu, bisa aja kalau menghina orang.
dst. dan seterusnya.
Sebuah jawaban tersipu-sipu aslinya. Tapi diharapkan diam-diam sebenarnya. Begitulah manusia Indonesia, selalu pandai menyembunyikan perasaan. Kesannya dipuji, tapi sebenarnya sedang direndahkan. Atau sebaliknya, kesannya merendahkan, padahal dia sedang memuji setinggi langit.
Sedotan. Seberapa sih besaran lubangnya? Lha kalau bolongnya sudah segitu, lalu melihatnya masih dari Hong Kong, sementara kita Indonesia, lantas apa jadinya. Imposible bukan?
Nah, yang namanya sedotan lama "hidup" di wilayah ini. Hanya sesekali saja kadang dibuat kerajinan para ibu PKK. Dibuat hiasan. Dibuat kesibukan. Hiasan pelipur lara. Ketimbang hanya rerasan kanan kiri. Lalu bertengkar tak beraturan. Tetangga pun akhirnya jadi lawan.
Unik juga gaya hidup sedotan masa kini ini. Bahkan hingga ada yang berburu sedotan branded seperti orang senewen. Merk Dior misalnya. Konon sedotan ini dijual tidak di bawah harga dua juta rupiah. Per unit. Yang bahannya logam itu. Yang berkilau itu. Yang cara pakainya juga tak bisa digigit-gigit seperti sedotan plastik itu.
Dua juta rupiah hanya untuk pemuasan kekinian seperti itu. Bukan mustahil rasanya. Bagi yang tak pernah memikirkan uang. Tapi, bukankah hidup tanpa sedotan juga sangat memungkinkan? Juga, mana ada orang akan gantung diri hanya gara-gara tidak minum dengan sedotan?
Begitulah gaya. Gaya hidup. Apalagi gaya yang sudah berpadu dengan isu plastik. Isu seksi yang berbenturan langsung dengan isu lingkungan di jagad raya ini. Padahal, atau juga celakanya, sejak isu plastik menggejala dahsyat seperti sekarang, tak ada satu pun pabrik plastik di dunia ini yang tutup. Atau dipaksa tutup oleh kebijakan. Atau tutup dengan kesadaran. Tidak ada!
Mengapa? Entahlah! Atau, jangan-jangan, sedotan, aslinya hanya simbolik untuk bilang: Sedottt An.... Dan itu seksis sejak dalam pikiran. Bukan untuk dipraktikan agar hilang selamanya dari pandangan. (*)