Sebut Musda Demokrat Jatim Tak Sah, Kader Minta Tunda Pelantikan
Gelombang penolakan terus bermunculan di dalam internal Partai Demokrat, khususnya di Jawa Timur. Hasil Musyawarah Daerah (Musda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Jatim yang memenangkan Emil Elestianto Dardak sebagai ketua terus mendapat penolakan.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Demokrat Kota Surabaya, Doddy Irawan menyayangkan keputusan Dewan Pimpinan Pusat yang memenangkan Emil Dardak yang secara jumlah dukungan kalah dari Bayu Airlangga.
Dalam musda itu, Emil hanya mendapat 13 dukungan sedangkan Bayu mendapat 25 dukungan dari total 38 DPC se-Jatim. Atas dasar itu, Doddy menyebut, keputusan Partai Demokrat mengkhianati asas demokrasi.
"Demokrat sekarang kok berbuat zalim. Saya kader di bawah kecewa. Saya mikirnya kecewa, karena Demokrat partai bagus. Saya pikir awal gitu, sekarang kok begini, apa Mas AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) sebenarnya tahu kondisi seperti ini," kata dia.
Ia mengungkapkan, DPP seharusnya mendengar aspirasi kader di bawah, termasuk peninjauan peraturan organisasi (PO) yang digunakan saat Musda lalu. PO tersebut dinilai melanggar AD/ART.
"Sebenarnya masuk akal juga ketika kader mempermasalahkan PO dan AD ART. Poin-poinnya memang tidak sesuai dengan eranya Demokrat dulu di era SBY," katanya.
Karena telah menyalahi AD/ART, Doddy mendorong DPP Demokrat untuk menunda pelantikan Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim beserta jajaran pengurusnya. Sebab, pelantikan tersebut dinilai tidak menghargai aspirasi kader di bawah.
Ia juga mengingatkan, bahwa selama ini partai bisa berjalan karena kerja keras kader di akar rumput. Mulai DPC, PAC, hingga ranting.
"Kalau kader bawah mengetahui Demokrat tidak demokratis, bisa-bisa kader membelot. Saya pesen, Demokrat di awal, nasionalis dan religius. Jangan tidak sesuai itu, jangan sampai saling sikut-sikutan dan zalim lah," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPC Demokrat Sidoarjo, Juana Sari menyebut, hasil musda tersebut tidak dibenarkan dalam AD/ART.
Juana mengatakan, AHY seharusnya turun langsung melihat kondisi kader di seluruh 38 kabupaten/kota di Jatim.
Tidak hanya itu, Juana menjelaskan, alasan kader lebih memilih dan mendukung Bayu saat Musda karena menantu Pakde Karwo itu suka turun ke akar rumput.
"Kami prihatin sebagai ketua DPC tidak mendapatkan perhatian yang lebih, seolah-olah kita ini dikatakan tidak siap kalah. Sebetulnya bukan itu, kami sebagai salah satu pendukung Bayu merasakan betul peran Bayu dalam menggalang dukungan, membesarkan partai, turun ke bawah," aku Juana.