Sebulan Banjir, Warga Desa Tiwet Lamongan Sudah Terbiasa
Satu bulan banjir menggenangi Kecamatan Kalitengah bagian selatan, Kabupaten Lamongan.
Banjir yang terjadi sejak 15 April 2019 lalu itu merendam setidaknya lima desa diantaranya, Desa Tiwet, Jelak Catur, Mblajo, Gambuan dan Bojoasri.
Pantauan lapangan, banjir mulai surut, namun masih ada beberapa titik genangan air setinggi lutut orang dewasa. Salah satunya di jalanan sebelah utara Desa Tiwet.
Warga Desa Tiwet bahkan mulai terbiasa dengan banjir yang sudah menjadi langganan di desa ini.
"Ya sudah lama. Sebelum Pemilu kemarin kok sudah banjir. Ini sudah lumayan surut. Tapi ya sudah biasa. Tiap tahun begini kok," kata Wulan, salah satu warga Desa Tiwet.
Wulan menuturkan banjir sempat terjadi dua kali. Pertama, pada 15 April jelang Pilpres 2019. Namun, air mulai berangsur-angsur surut.
Kemudian, Kamis, 2 Mei 2019 genangan air kembali meninggi akibat luberan dari Kali Lamong. Ketinggian mencapai paha orang dewasa.
Banjir sebabkan aktivitas warga terganggu. “Mau belanja tidak bisa karena kendaraan tidak bisa jalan. Pasti mogok. Sekarang sudah mendingan,” kata Wulan.
Sementara itu, Kepala Desa Tiwet, Ahmad Syaifuddin Zuhri membenarkan bahwa banjir sempat terjadi dua kali.
"Yang kedua mencapai 50 cm kira-kira. Itu karena tanggul Kali Lamong jebol,” katanya.
Sebanyak 53 rumah di desa Tiwet tergenang banjir. Namun warga hanya pasrah. Menurutnya wilayah Desa Tiwet lebih rendah dari wilayah lain di sekitarnya, oleh karenanya kerap dijuluki sebagai bonorowo.
"Mau mengantisipasi gimana? Ini sudah tradisi. Banjir ini kan karena daerah ini lebih rendah, makanya disebut bonorowo (wilayahnya lebih rendah dari sungai bengawan solo),” katanya. (kik)