SEBUAH SIANG
Ambon. Sebuah Siang
Pada burung pedati yang mendongak menantang matahari
Ada belasan riwayat yang tak sempat ditulis
Dan debu-debu tersiram di bawah suara-suara berat dalam setiap kepergian malam
Ada tangan-tangan bergenggam dengan hati saling terpisah
Selepas prahara itu, tembok-tembok sudah tegak didirikan
Setiap senyum terpasung trauma
Banyak kebaikan melapis tipis dendam kemarin
Kota Ambon, 25 Maret 2010
(Kediaman Prof. Mus Huliselan di dekat Kampus Universitas Pattimura)_
Pada Sebuah Siang
Untuk I. Nyoman Darma
Angin bergaram menyapumu hingga ke tulang
Hatimu tak berkarat
Dan kaubisiki dunia tentang adigung peradaban
Kau sisipkan sebuah jendela untuk menengok dunia pada siangku benderang
Matahari berkawan dan mengajak kita menyulam tamah di meja-meja dan bangku-bangku kayu itu
Ketika kujabat tanganmu, kutahu kau menawarkan hasrat sahabat
Sebuah ajakan tak terucap merenda besok yang lebih berkembang-kembang
Tapi lantun nadanya hinggap hingga ke balik belulang
menyeruak dalam
Tajam menyejukkan
Kau lagukan mazmur siang
Suaramu sayup tapi menikam buluh perindu...
Sanur, 15 Januari 2009