Sebelum Sumba Berguncang, Anak Krakatau Lontarkan Pijar Api
Belum juga masif penanganan bencana tsunami Palu dan Donggala, pagi ini, Selasa 2 Oktober, gempa berkekuatan magnitudo 5,2 SR, 5,3 SR, 6,0 SR dan 6,3 SR beriringan menyerbu Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Guncangan menakutkan itu terjadi hingga beberapa kali.
Menurut BMKG, gempa bumi memang tidak berpotensi tsunami seperti halnya Palu dan Donggala, namun getaran susul menyusul dengan kekuatan cukup besar itu tak pelak membuat masyarakat semburat ketakutan.
Itu di Pula Sumba pagi ini. Sementara, Selasa dini hari, anak Krakatau di Selat Sunda juga dikabarkan mengeluarkan aktivitas tak biasa.
Anak Krakatau mengeluarkan sinar api menakutkan. Sinar itu berlanjut dengan lontaran pijar api ke segala arah. Kemudian diiringi aliran lava pijar ke sisi Selatan.
Pengamatan masif Selasa dini hari, 2 Okrober ini, dilaporkan staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunungi Anak Krakatau, Jumono.
Menurut Jumono, periode pengamatan dilakukan pukul 00:00 WIB. Secara visual kondisi gunung berkabut 0-III. Sedangkan asap kawah tidak teramati dan ombak juga dilaporkan laut tenang.
Masih sesuai pengamatan visual, seriring dengan lontaran pijar api ke angkasa dan lelehan lava, terdengar juga suara dentuman. Getaran dengan intensitas lemah hingga kuat dirasakan di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.
Disebutkan pula, terjadi kegempaan tremor menerus, dengan amplitudo 5-50 mm dan dominan 45 mm. Meski demikian, tercatat, cuaca di anak Gunung Krakatau berketinggian 338 mdpl ini teramati cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah utara, timur laut, tenggara, dan barat laut. Suhu udara 26-32 derajat Celsius, kelembapan udara 59-87 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.
Sebab itu, diumumkan, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau mencapai Level II. Level waspada, dan direkomendasikan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawasan dalam radius 2 km dari kawah gunung. (ant/idi)