Sebelum Mudik, Mari Berbuka Sambil Menikmati Sunset Kota Surabaya
Sore itu langit di Kota Surabaya begitu cerah. Waktu telah menujukkan pukul 16.00 WIB. Saya dan jutaan warga yang memadati Kota Pahlawan ini mulai beradu kecepatan di jalan demi mempersiapkan berbuka puasa. Bagi saya memasuki puasa hari ke-24 rasanya saya telah bosan menyantap berbagai makanan yang disajikan penjual di pinggiran jalan.
Mungkin karena saya rindu dengan sunset Pulau Bali, rasanya saya ingin berbuka di pinggir pantai dengan menikmati view matahri terbenam yang indah. Kegundahan hati saya membuat perjalanan ini tak menentu hingga tertahanlah motor tua ini di depan Makam Taman Makam Pahlawan 10 November di Jalan Mayjen Sungkono.
Entah mengapa tiba-tiba saya ingin berhenti di sini, namun ada bangunan tinggi besar di seberang jalan yang menyita pandangan saya. Ternyata bangunan yang sekilas mirip Petronas Tower di Malaysia tersebut merupakan gedung serbaguna dan terdapat reklame di depannya yang bertuliskan “Berbuka Sambil Menikmati Sunset”.
Tanpa pikir panjang saya memutar balik melalui bunderan Mayjen yang begitu padat, dilalui oleh pengejar takjil gratis. Sesampai di gedung tersebut ternyata tempat berbuka dengan view sunset tersebut merupakan Hotel Fairfeld Surabaya. Waktu yang semakin mepet dengan Adzan Maghrib membuat saya bergegas menuju ke lantai 5 di Pool Side dan Kafe Restaurant.
Untuk menikmati view sunset di hotel berbintang empat ini, saya merogoh kocek Rp 138 RIbu, sedikit mahal memang, namun ada suasana yang saat itu saya rindukan, yakni menikmati senja di kota kelahiran. Benar saja walau tertulis lantai 5, ternyata pemandangan di sini sudah cukup untuk melihat langsung panorama Kota Surabaya.
Di apit oleh dua bangunan raksasa, sekilas tempat duduk warna-warni yang ada di sini mengingatkan saya tentang konsep cafe yang ada di Seminyak, Bali. Karena bernama pool tentu saja ada kolam renang yang berada di tengah-tengah tempat ini. Sayang ekspetasi saya tentang alunan Musik Chill tidak terdengar di sini namun alunan suara merdu dari Sabyan Gambus sudah cukup membuat hati ini tentram.
Saya menuju ke sudut kolam renang untuk menyaksikan pemandangan sunset secara langsung. Walau sedikit silau, matahari yang mulai turun membuat pemandangan di sini tampak begitu indah. Sejenak mata ini benar-benar dimanjakan dengan suguhan sunset yang menawan. Rasanya uang yang telah saya keluarkan tidak berakhir sia-sia di sini.
Tampak crane-crane raksasa yang berdiri tinggi di sekitar pembangunan Under Pass Mayjen menjadi foreground terbenamnya matahari di sisi barat wilayah Surabaya tersebut. Tak lama kemudian adzan-adzan dari masjid dan musholla di sekitar menggema bersama yang menandakan waktu Maghrib telah tiba.
Tanpa bertele-tele saya mengubah diri ini menjadi ‘The Flash’ sang pelari cepat untuk menyantap hidangan berbuka di sini. Tenang saja, di sini kita bisa menyantap menu makanan sepuasnya alias all you can eat.
Setiap hari menu berbuka di sini berbeda-beda. Karena hari itu merupakan hari Rabu, saya ditawarkan menu Ayam Betutu, Bubur Madura, aneka penyetan, dimsum hingga rujak cingur. Karena saya sudah terlanjur baper suasana Bali, saya tentu memilih menu ayam betutu karena identik dengan Bali.
Makanan di sini secara overall rasanya oke, sama seperti rasa-rasa makanan yang ada di Hotel berbintang empat di Surabaya. Memasuki malam hari suasana di sini juga begitu fancy dengan sorot lampu-lampu kecil yang bergelantung di atas kepala pengunjung.
Pemandangan sunset yang ada disini memang tiada duanya. Walau di Surabaya sudah bermunculan banyak bangunan pencakar langit, bagi saya reklame ‘berbuka dengan view sunset’ yang di pasang di depan hotel bukan sebuah prank belaka.
Mungkin bagi beberapa warga yang akan meninggalkan Kota Pahlawan ini, tak ada salahnya jika mengucap salam perpisahan sementara dengan senja di kota ini dengan menikmati buka puasa dengan pemandangan indahnya sunset. (faq)