Sebelum Digelari Pahlawan Nasional, Mr Kasman Bercitra Buruk
Penetapan Mr. Kasman Singodimedjo sebagai Pahlawan Nasional membuka lembaran baru dalam sejarah Indonesia.
Dengan mengangkat Mr Kasman, berarti mengurai keterjepitan (sejarah). Karena, selama ini dalam penulisan sejarah ada pemahaman yang kacau dan saat ini mulai terbuka dengan pengangkatan Mr Kasman Singodimedjo sebagai Pahlawan Nasional.
Demikian ditegaskan sejarawan Universitas Indonesia Prof. Dr. Anhar Gonggong, dikutip ngopibareng.id, Sabtu 10 November 2018.
Seperti diberitakan ngopibareg.id, Mr Kasman Singodimedjo diangkat sebagai Pahlawan Nasional, melalui Keppres Nomor 123/TK/Tahun 2018 ditandatangani Presiden Joko Widodo tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Gelar itu diterima oleh para ahli waris.
“Beliau diberikan sesuatu yang memang pantas diterimanya. Dan apa yang diterimanya bukan untuk beliau, tetapi untuk kita. Kata Pahlawan Nasional tidak ada artinya buat beliau. Jasa Pak Kasman seperti pasir yang menutupi kebenaran dan pengangkatan hari ini menepis tabir tersebut,” tutur Anhar Gonggong.
Sebelumnya, nama-nama yang masuk digodok oleh Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) di Kementerian Sosial. Setelah itu, diajukan ke Presiden, hingga dipilih enam nama pada 2018.
Enam nama penerima penganugerahan gelar Pahlawan Nasional 2018:
1. Abdurrahman Baswedan tokoh dari Provinsi DI Yogyakarta.
2. IR H Pangeran Mohammad Noor tokoh dari Kalimantan Selatan.
3. Agung Hajjah Andi Depu tokoh dari Sulawesi Barat.
4. Depati Amir tokoh dari Bangka Belitung.
5. Kasman Singodimedjo tokoh dari Jawa Tengah.
6. Brigjen KH Syam'un tokoh dari Banten.
Meski tidak secara gamblang menjelaskan yang dimaksudkan dengan longgarnya keterjepitan sejarah tersebut, Anhar yang juga merupakan pengajar di Sekolah Tinggi Intelejen Negara itu mengatakan, peristiwa pengesahan gelar Mr. Kasman penting bagi generasi ke depan terutama dalam memahami makna pemimpin dan makna pejuang.
“Pemimpin adalah orang yang siap melampaui diri. Tidak memikirkan dirinya. Bayangkan, dia (Mr. Kasman) lupakan penderitaan dirinya, termasuk keluarganya, istrinya, dan anak-anaknya dan dia tetap maju ke depan untuk mewujudkan apa yang dia perjuangkan. Indonesia tidak akan ada tanpa orang-orang seperti ini, orang yang maju ke depan menjadi pemimpin dan mau menderita,” tutur Anhar.
Anhar menyinggung pengakuan cucu Mr. Kasman, Seno Hadi Utomo yang menyatakan bahwa beberapa saudaranya yang memiliki karir gemilang kerap dihambat untuk berkembang semata-mata karena mereka adalah cucu seorang Kasman Singodimedjo.
Kepahlawanan Mr. Kasman menurut Anhar adalah kesediaan dan kesetiaannya untuk tetap memilih berjuang pada kebenaran dan siap menanggung penderitaan di dalam perjuangan.
“Andaikata dia hipokrit, ketika Bung Karno berkuasa, Mr. Kasman bisa ikut dan selesai. Bahkan gelar Meester hukumnya akan mampu membuat dirinya membuka kantor bantuan hukum, tetapi beliau tidak mau,” imbuh Anhar.
Anhar berpesan agar generasi muda mempelajari teladan Mr. Kasman untuk tetap konsisten dalam berjuang pada kebenaran. Dijegalnya Kasman oleh Sutan Syahrir, Soekarno, sampai dengan Orde Baru dalam memperjuangkan kebenaran justru membawa makna yang dalam bagi generasi berikutnya.
“Di tengah situasi negeri kita yang seperti sekarang. Pejabat yang masuk penjara itu sejatinya bukan pemimpin karena tidak mampu melampaui dirinya sendiri. Dalam konteks sekarang orang yang berpendirian seperti Pak Kasman dibutuhkan oleh negeri ini,” kata Anhar.
“Beliau diberikan sesuatu yang memang pantas diterimanya. Dan apa yang diterimanya bukan untuk beliau, tetapi untuk kita. Kata Pahlawan Nasional tidak ada artinya buat beliau. Jasa Pak Kasman seperti pasir yang menutupi kebenaran dan pengangkatan hari ini menepis tabir tersebut,” tutur Anhar Gonggong. (adi)