Sebanyak 18 Sapi di Kota Probolinggo Terpapar LSD
Setelah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di Kota Probolinggo mereda, kini muncul penyakit lain yang menjangkiti belasan sapi. Sedikitnya, 18 sapi di Kota Probolinggo terpapar Lumpy Skin Disease (LSD).
“Penyakit LSD pada sapi di Kota Probolinggo ini dilaporkan pertama kali terjadi awal Mei 2023 lalu, sekarang sebanyak 18 sapi potong dilaporkan terjangkit LSD,” kata Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Kota Probolinggo, Suryanto, Sabtu sore, 27 Mei 2023.
Untuk mengantisipasi dan memutus mata rantai penyebaran LSD ini, DPKPP Kota Probolinggo sudah melakukan vaksinasi perdana, Jumat kemarin, 26 Mei 2023. Sebanyak 80 sapi di Kelurahan Mayangan dan Kelurahan Sukabumi, Kota Probolinggo menjadi sasaran vaksinasi.
Yang jelas, DPKPP menyiapkan 200 dosis vaksin untuk mengatasi serangan LSD pada hewan ternak di Kota Probolinggo. Warga yang memiliki ternak juga diminta waspada jika ternaknya menunjukkan gejala terserang LSD. Sapi dengan gejala LSD harus segera diisolasi dalam kandang tersendiri agar tidak menulari sapi-sapi lainnya.
Disinggung penyebab merebaknya LSD di Kota Probolinggo, Suryanto menduga, ada warga yang membeli sapi dari luar daerah. Setelah itu sapi yang terjangkit LSD itu dipelihara di dalam kandang.
“Saat berada di kandang sapi yang terjangkit LSD itu digigit lalat, yang kemudian lalat tersebut menggigit sapi lain. Sehingga akhirnya sapi-sapi lainnya juga terjangkit LSD,” kata Suryanto.
Masih terkait antisipasi penyebaran LSD, DPKPP akan mengawasi keluar-masuknya hewan ternak di Pasar Hewan Wonoasih. “Sapi-sapi yang hendak masuk pasar hingga sapi yang terjual dan hendak dibawa ke luar daerah harus diperiksa,” katanya.
Mengutip infomasi dari http://bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id/, penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV), merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. Virus ini umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau. Belum ada laporan terkait kejadian LSD pada ruminansia lain seperti kambing dan domba.
Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine.
Secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum).
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia. Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India lalu setahun setelahnya dilaporkan di Nepal, Myanmar dan Vietnam. Pada tahun 2021, LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja dan Malaysia.
Advertisement