Sebagai Manusia, Hidup Moeslimin BBA Sudah Lengkap
Surabaya: Moeslimin BBA pagi tadi, Senin (7/8) dimakamkan di Pemakaman Umum Tenggilis Surabaya. Jenazah tiba di pemakaman dengan keranda yang dibalut bendera Hizbul Wathon (HW), Pandu Muhammadiyah warna hijau dan kuning.
Keranda diusung oleh anggota pandu tertua di Indonesia itu yang berseragam sewarna dengan bendera. Moeslimin (81) adalah penggerak Hizbul Wathon di Surabaya. Dia pernah menjadi Ketua DPW Hizbul Wathon Jawa Timur, bahkan sampai menutup mata hari Minggu (6/8) petang di rumahnya di perumahan YKP Rungkut Asri dia tercatat sebagai salah Ketua Kwartir Pusat Pandu Hizbul Wathon (HW) periode 2015-2020.
Tapi Moeslimin juga seorang wartawan. Dia pernah bekerja sebagai wartawan pada beberapa media, antara lain Surabaya Ekspres, Surabaya Minggu, dan bersama almarhum Agil H. Ali bergabung dalam Mingguan Mahasiswa yang kemudian berubah menjadi Harian Memorandum.
Moeslimin juga politikus. Dia pernah jadi anggota DPRD Kota Surabaya dari Fraksi Partai Perstuan Pembangunan (PPP) selama dua periode yaitu 1982-1992, kemudian anggota DPRD Provinsi Jatim 1997-1999. Sikap politiknya jelas, dia tinggalkan zona nyaman sebagai pegawai negeri,” kata Hadiaman.
Moeslimin juga seorang pendidik. Kata salah satu rekannya yaitu Slamet Hariyanto yang juga aktivis Muhammadiyah, Moeslimin adalah pendiri SMA I Muhammadiyah yang ada di Jalan Kapasan Surabaya, tahun 1967.
“Dia kemudian juga mengajar di sekolah itu. Saya termasuk anak didik Pak Moeslimin. Banyak tokoh di Surabaya yang pernah dididik Pak Moes,” kata Slamet Hariyanto, pengacara yang pernah jadi anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PAN. Sebagai manusia, hidup Moeslimin sudah lengkap, tambahnya.
Sebelum meninggal, Moeslimin beberapa kali masuk rumah sakit akibat penyakit kanker yang dideritanya. Kebiasaannya merokok tidak bisa ditinggalkan hingga akhir hayatnya. Moeslimin meninggalkan tiga anak dan 13 cucu. Selamat jalan Pak Guru. (nis)