SDN Besowo 2 Kediri: Bukti Nyata Toleransi, Sekolah dengan 3 Tempat Ibadah Berbeda
SDN Besowo 2 Kecamatan Kepung, Kediri bisa dibilang sekolah unik dan menarik. Karena sekolah yang ada di utara lereng Gunung Kelud ini yang memiliki tiga tempat ibadah sekaligus yakni masjid, gereja, dan pura.
Bangunan tiga tempat ibadah ini memang tidak terlalu besar. Bangunan masjidnya hanya berukuran 6x6 meter atau orang muslim lebih menyebut dengan mushala. Lalu, bangunan gerejanya berukuran 5x6 meter. Begitu juga bangunan Pura berdiri di atas tanah yang berukuran 4x8 meter.
Tiga bangunan tempat ibadah ini berdiri di halaman SDN Besowo 2 secara berhimpitan. Paling utara ada bangunan masjid, kemudian ke selatan ada gereja, dan paling selatan ada pura.
Kepala Sekolah SDN Besowo 2 Yunus Priambodo mengatakan tiga tempat ibadah ini berdiri belum lama. Peletakan batu pertama pada 13 Juli 2023. Kemudian diresmikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri pada 10 Januari 2024.
"Pada saat peresmian hadir juga tokoh lintas agama, mulai Hindu, Kristen Protestan, Katolik, dan Islam. Bahkan, tokoh agama Hindu datang dari Bali. Tapi namanya lupa saya," kata Yunus, Selasa, 2 Juli 2024.
Kata Yunus, pendirian bangunan tempat ibadah ini dilatarbelakangi oleh siswa SDN Besowo 2 yang beragam. Dari 62 siswa mulai kelas 1 hingga kelas 6 ada 2 siswa yang beragama Kristen, 12 siswa beragama Hindu, dan 48 sisanya beragama Islam.
"Dari kemajemukan anak-anak ini kemudian kita koordinasikan dengan pemuka agama desa setempat yang kebetulan juga beragam, termasuk juga perangkat desa ternyata sepakat untuk mendirikan tiga tempat ibadah sekaligus," katanya.
Lanjut Yunus, adanya tiga tempat ibadah itu kegiatan siswa khususnya kegiataan keagamaan semakin mudah dan rutin. Misalnya, setiap hari khususnya dzuhur dilakukan kegiatan shalat dzuhur berjamaah bagi siswa yang beragama Islam.
"Kemudian ada juga kegiatan shalat dhuha setiap pagi. Itu untuk anak-anak yang beragama muslim. Kalau anak-anak yang beragama kristen setiap jumat bareng warga setempat. Bagi siswa beragama Hindu juga melakukan ibadah setiap minggu," katanya.
Bahkan, kata Yunus, ada kegiatan rutin untuk semua siswa SDN Besowo 2 yang digelar setiap Jumat, yaitu doa bersama. "Bagi yang muslim doanya di masjid, yang Kristen di gereja, dan yang Hindu di Pura. Kita doa bareng-bareng bersama tokoh agama setempat di tempat kita itu," katanya.
Study Intensif Lintas Iman (SILI): Belajar 'Mbangun Paseduluran'
Yang menarik lagi pada Senin, 24 Juni 2024 digelar kegiatan yang berjudul Study Intensif Lintas Iman dengan menghadirkan peserta 65 remaja yang berlatar belakang agama dan kepercayaan berbeda. Ada yang berasal dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budhha, dan aliran kepercayaan Saptodarmo.
Kegiatan selama dua hari mulai Senin-Selasa, 24-25 Juni 2024 di halaman SDN Besowo 2 ini digagas oleh Institut Pendidikan Theologi Balewiyata (IPTh. Balewiyata) dan Komisi Hubungan Antar Umat (KAUM) Majelis Agung GKJW, dengan berkolaborasi komunitas dan lembaga keagamaan lainnya.
Ketua Panitia Pdt Noven Nataniel mengatakan, kegiatan ini dilandasi keberagaman yang tinggi antarumat beragama yang ada di Kabupaten Kediri. Berbagai komunitas agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan aliran kepercayaan lainnya hidup berdampingan dengan damai.
"Keragaman ini merupakan aset berharga yang perlu dirawat melalui upaya pembangunan toleransi dan paseduluran (persaudaraan). Upaya merawat toleransi dan persaudaraan itu haruslah dilakukan sejak dini, yaitu sejak usia anak-anak atau remaja, mengingat anak-anak atau remaja adalah generasi penerus bangsa, memiliki peran penting dalam menjaga harmoni dan toleransi di tengah masyarakat yang majemuk," katanya.
Selain itu, katanya, kehidupan sosial sedang berhadapan dengan isu kerusakan alam yang semakin hari semakin memburuk. Upaya memperbaiki dan menanggulangi bencana ekologis itu tentu tidak bisa dilakukan seorang diri, perlu kesadaran dan upaya bersama-sama untuk dapat mewujudkannya.
"Umat beragama, khususnya para remaja dipandang perlu didorong untuk menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya," katanya.
Dalam kegiatan tersebut anak-anak remaja diajak tanya jawab dengan nara sumber yang berasal dari lintas agama juga. Diantaranya Dr Taufik Alamin (Dosen IAIN Kediri) sekaligus Ketua moderasi Beragama Kediri.
Lalu, Yuliono, Wakil Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Parasida Hindu Dharma Indonesia Kecamatan Kandangan; Marsudi, tokoh kepercayaan Saptodarmo Desa Besowo; Agus Tinus, salah satu Dewan Stasi Katolik; Pdt Gideon Hendro Buwono, dan Pdt Chrysta B.P. Andrea dari IPTh Balewiyata GKJW; dan Pdt Brahm Karismatius dari Komisi Hubungan Antar Umat Majelis Agung GKJW.
Ada beberapa pertanyaan yang unik dan menarik yang dilontarkan anak-anak tersebut. Pertanyaan itu disampaikan secara tertulis di lembaran kertas yang disediakan panitia. Namun, sayangnya siapa yang menulis pertanyaan itu tidak disebutkan jelas identitasnya. Tetapi, panitia mengarahkan pertanyaan disampaikan kepada narasumber yang berbeda agamanya.
Seperti misalnya, ada anak yang beragama non muslim bertanya kepada nara sumber muslim mengapa orang Islam kalau shalat menghadap ke kiblat. Lalu, mengapa pendeta agama Katolik tidak menikah, mengapa umat Hindu tidak boleh menyembelih sapi, dan lain sebagainya. Bahkan, pertanyaan yang sepele pun terlontar, seperti mengapa orang Buddha itu kebanyakan orang China karena matanya sipit-sipit dan putih.
Ada juga yang bertanya kepada narasumber dari penganut aliran kepercayaan Saptodarmo. Seperti misalnya, apa yang disembah penganut aliran kepercayaan Saptodarmo? Bagaimana ibadahnya, dan apa nama tempat ibadahnya. Semua pertanyaan tersebut dijawab nara sumber dengan gaya tutur yang lucu dan menarik, sehingga anak-anak betah hingga acara berakhir pada larut malam.
"Selain anak-anak itu diajak diskusi lintas iman, juga ada workshop lingkungan, aksi penghijauan dan perawatan sumber air, serta kegiatan kebersihan lingkungan. Semua kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan. Bersama tidak harus sama, bernafas dengan udara yang sama," katanya.
Hadir dalam acara tersebut diantaranya Ketua DPRD Kabupaten Kediri Dodi Purwanto, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kediri, dan Forkopimcam Kepung.