SDN 1 Dinoyo akan Buat Sudut Sejarah di Sekitar Lokasi Yoni
Usai penemuan Yoni pada Agustus 2019, SDN 1 Dinoyo kembali menemukan Yoni di dalam lingkungan sekolah. Penemuan benda bersejarah itu diangkat ke atas permukaan, pada Sabtu 21 Desember 2019.
Rencanannya Yoni tersebut akan disejajarkan dengan Yoni yang lebih besar, hasil temuan pada 2014 lalu. Serta akan dibuat sudut sejarah di sekitar lokasi penemuan Yoni tersebut.
"Sebelumnya kami menemukan arca dan lumpang yang sudah diletakkan di Museum Mpu Purwa. Lalu tahun 2014 kami temukan yoni, dan 2019 tak jauh di Yoni sebelumnya muncul Yoni yang lebih kecil," ujar Kepala SDN Dinoyo 1, Nurul Hidayatus Shobikhah.
Rencananya, setelah pengangkatan yoni di barat bangunan sekolah tersebut, area sekitar Yoni akan dipercantik dengan lantai keramik. Juga rak-rak kayu yang akan diisi buku sebagai sarana edukasi yang dinamai 'Sudut Sejarah'.
Nurul mengungkapkan untuk keperluan sudut sejarah, pihak sekolah mendapatkan bantuan dari para wali murid. Baik berupa uang tunai maupun bahan material bangunan.
"Kalau buku-buku sejarah yang melengkapi sudah siap ini. Ada 20 buku dari perpustakaan kami. Juga sumbangan dari Dinas Pendidikan Kota Malang kurang lebih 1.000 buku," terang wanita yang baru diangkat menjadi kepala sekolah pada Mei 2019 lalu.
Adapun untuk mempermudah anak mencerna sejarah. Pihak komite sekolah katanya juga bakal membuat sebuah tarian sendiri. Tarian itu akan menggambarkan cerita yoni dan di praktekkan di setiap pembelajaran.
"Karena nggak semua paham kalau dijelasin lisan. Perlu visualisasi juga," imbuhnya.
Dengan sudut sejarah ini, Nurul berharap SDN Dinoyo 1 menjadi sekolah pusat pembelajaran sejarah di Kota Malang.
"Ini siapapun boleh melihat Yoni. Kami buka untuk umum kok," tutupnya.
Seperti diberitakan oleh ngopibareng.id sebelumnya, penemuan benda bersejarah memang marak terjadi di Malang Raya, selain Yoni di SDN Dinoyo.
Penemuan candi purbakala juga ditemukan di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, pada Kamis 12 Desember 2019.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur, kemudian melakukan ekskavasi atau penggalian untuk melihat struktur bangunan candi.
Rencananya, ekskavasi itu dilakukan selama 10 hari kedepan. Jika ditemukan ada struktur bata yang masih terpendam, ekskavasi akan diperpanjang.