SCG: 68,5% Warga Surabaya Puas Kinerja Risma di Tengah Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya berkali-kali mengeluarkan kebijakan agar bisa mengatasi pandemi. Atau setidaknya, meminimalisir panularan Covid-19 antar warga Surabaya.
Ternyata, kebijakan dan kinerja Pemkota Surabaya dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini diapresiasi oleh warga Surabaya. Berdasarkan survei yang dilakukan Surabaya Consulting Group (SCG Consulting) pada akhir Bulan November lalu dengan 1.200 responden, mendapat respons yang berimbang dari masayarakat. Bahkan sebagian besar warga Surabaya senang dan puas dengan kinerja Risma dan Pemkot selama pandemi.
Mulai dari kebijakan penutupan sekolah, penutupan rumah ibadah, penyemprotan disinfektan di jalan-jalan, hingga kebijakan swab hunter.
Menurut Peneliti SCG Consulting, Ryan Baskara, sebanyak 51,17 persen warga Surabaya setuju dengan kebijakan Pemkot dalam penutupan sekolah dan 48,83 persen meminta sekolah dibuka.
“Pemerintah harus pertimbangkan matang untuk memutuskan membuka kembali sekolah, karena relatif berimbang aspirasi yang ada. Boleh dibilang separuh ingin dibuka dan separuh warga ingin tetap sekolah di rumah saja melalui daring," kata Ryan, Selasa 8 Desember 2020.
Sementara itu menurutnya, hal itu bersebarangan dengan keinginan masyarakat atas dibukanya tempat ibadah yang mencapai 94 persen. Baginya, pertimbangan responden tentang dibukanya rumah ibadah adalah kepercayaan atas kepatuhan orang dewasa di dalam rumah ibadah untuk patuh protokol lebih tinggi dibanding dengan anak-anak saat di sekolah.
"Sebagian responden tidak yakin anak-anak akan patuh protokol kesehatan saat di sekolah,“ tambah Ryan.
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan kepuasan masyarakat atas kinerja Walikota Surabaya Tri Rismaharini tergambar sangat kuat.
“Hasil penelitian sangat jelas bahwa 68,5% masyarakat Surabaya merasa Bu Risma dan jajaran Pemkot Surabaya sudah maksimal dalam memimpin penanganan pecegahan dan penyebaran virus Covid-19 ini," katanya.
Variabel kepuasan masyarakat di antaranya didapat dari aktivitas Pemkot dalam melakukan penyemprotan disinfektan di jalan-jalan mencapai 93,33 persen. Lalu operasi tidak memakai masker yang mendapat respons positif dari masyarakat sebesar 91,00 persen.
Selain itu, masyarakat juga memberi apresiasi positif 72,33% atas kebijakan pembubaran kerumuman yang dilakukan oleh tim swab-hunter Pemkot Surabaya di tempat-tempat warga berkerumun.
"Mengenai persepsi masyarakat dengan munculnya wabah Covid-19 pada awal 2020 ini, banyak yang mempercayai virus ini muncul karena faktor alam sebanyak 75,83 persen. Namun ada pula masyarakat yang percaya bahwa Covid-19 adalah faktor rekayasa sebesar 24,17 persen," pungkasnya.