Saung Udjo Gelar "Ngangklung di Nggunung" Pride ke-7
Setelah ditetapkan UNESCO, 16 November 2010 silam, keberadaan alat musik Angklung makin mendunia. Untuk memaknai hari istimewa tersebut, Saung Angklung Udjo, Jawa Barat, menggelar rangkaian acara “Angklung Pride” ke-7.
Gelaran untuk menyambut Hari Angklung Sedunia itu dipusatkandi Kebon Awi Udjo Cijaringao di Cimenyan, Bandung, Jawa Barat pada 18 hingga 19 November 2017.
“Keberadaan Angklung perlu diwujudkan dan diimplementasikan dengan menjaga, memelihara, melestarikan dan meregenerasikan angklung di seantero nusantara," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti.
Angklung Pride 7 ini terbagi dalam tiga tahapan yaitu Resital Angklung, Jambore Angklung Gunung, dan Puncak Acara Angklung Pride 7. Resital Angklung sudah berlangsung pada tanggal 1-15 November 2017 di Saung Angklung Udjo. Jambore Angklung Gunung, berlangsung 18-19 November 2017 di Kebon Awi Udjo.
“Tidak hanya itu, Puncak Acara Angklung Pride ke 7 akan diselenggarakan pada 19 November 2017 juga di Kebon Awi Udjo Cijaringao. Pemilihan tempat di Kebon Awi bukan tanpa alasan, hal itu merujuk pada ruh-nya Angklung yang secara filosofis hidup dimasyarakat sunda yang agraris, dengan menyuguhkan sajian pertunjukan dengan tema “Ngangklung di Gunung”, ucapnya.
Wawan Gunawan menambahkan, disamping itu juga akan ada program Hibah angklung untuk sekolah serta apresiasi. Saung Angklung Udjo bekerja sama dengan lembaga pemerintahan dan swasta menargetkan 1000 unit angklung untuk dihibahkan ke sekolah.
“Sekolah penerima angklung program Corporate Social Responsibility (CSR) tahun sebelumnya. Akan ikut tampil sebagai bukti kelanjutan bahwa angklung yang telah dihibahkan, tetap terjaga fungsi dan filosofis. Serta menjadi kebanggaan para pelajar sebagai generasi penerus bangsa,” kata Wawan.
Lalu akan ada juga, pemberdayaan masyarakat untuk mempromosikan produk-produk unggulan baik kuliner ataupun handmade pada program bazzar dirangkaian Angklung Pride 7. Masyarakat memiliki peran penting dalam mempertahankan kearifan lokal. Acara puncaknya akan ada berbagai pertunjukan semisal pencak silat, tari-tarian, dan bermain angklung bersama.
“Kalau angklung dikembangkan maka ekonomi rakyat akan maju, pariwisata di tempat-tempat pembuatan dan pertunjukan angklung juga akan maju. Disekitarnya bisa didirikan dan dimanfaatkan sebagai homestay, atau rumah warga yang sebagian kamarnya bisa disewakan kepada wisatawan yang ingin melihat, belajar membuat dan bermain angklung” tegas wawan.
Rangkaian acara tidak berhenti samapi disitu lanjut Wawan yang juga dalang Wayang Ajen itu, di Angklung Pride ke 7 akan ada Creative Community Involvement serta Udjo Award.
“Penghargaan Udjo Award ini akan diberikan kepada para pegiat seni budaya dan tokoh-tokoh yang berkontribusi terhadap pelestarian seni budaya khususnya angklung,” ucapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya tak meragukan seni tradisi Angklung yang dibawah pimpinan Saung Angklung Udjo yang sudah mendunia. Angklung menurutnya, memiliki sarat dengan nilai-nilai budaya.
“Saya percaya anak-anak binaan Saung Angklung Udjo itu jagoannya, gudang seniman. Tinggal financial value-nya yang harus dipoles habis, maka akan lebih cepat berlari, karena modal creative value-nya sudah di tangan,” ujarnya.
Menurut Arief Yahya, budaya semakin dilestarikan semakin mensejahterakan, hal itu menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. Karena itu budaya harus dilestarikan mengingat memiliki nilai ekonomis. “Laku dijual untuk turis mancanegara,” pungkas Menpar Arief Yahya.(*)
Advertisement