Satu Tungku Tiga Batu Filosofi Kehidupan Masyarakat Papua Barat
Kunjungan kerja Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin di Papua memasuki hari keempat, Jumat 14 Juli 2023. Agenda hari ini, selain ibadah salat Jumat adalah menghadiri pertemuan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat Kabupaten Fakfak di Ballroom Hotel Grand Papua Fakfak, Papua Barat.
Wapres mengapresiasi masyarakat Fakfak dalam upaya menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal tersebut ditunjukkan dari Kabupaten Fakfak yang dikenal memiliki toleransi umat beragama yang tinggi, serta dikenal dengan falsafah “Satu Tungku Tiga Batu”.
Ketiga batu yang memiliki ukuran sama ini sangat kokoh dan kuat dan tahan panas, kemudian disusun membentuk lingkaran, sehingga mampu menopang kuali atau belanga yang akan digunakan untuk memasak. Analogi ini dimaknai sebagai prinsip masyarakat Fakfak yang mampu menyatukan adat, agama, dan pemerintah dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk itu, Wapres Ma'ruf Amin meminta agar filosofi ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga dapat diimplementasikan dalam tatanan kehidupan masyarakat Fakfak.
“Filosofi ‘Satu Tungku Tiga Batu’ ini saya kira sesuatu yang harus, bukan hanya dilestarikan tapi diberikan nilai-nilai yang bisa menjadi pola hidup. Bukan hanya slogan, tapi dalam bentuk tatanan kehidupan kita bermasyarakat,” pesannya.
Wapres juga memberikan apresiasi kepada masyarakat Kabupaten Fakfak yang dapat menjaga kerukunan antar umat beragama dengan memegang teguh filosofi ‘Satu Tungku Tiga Batu’
“Saya gembira karena di Fakfak ini semuanya bisa hidup rukun dan saling membantu sesuai dengan falsafah ‘Satu Tungku Tiga Batu’,” ujarnya.
Menurut Wapres Ma'ruf Amin, filosofi yang sudah sejak lama dipegang oleh masyarakat Fakfak ini menjadi kunci terwujudnya kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Fakfak yang menjadi jembatan terwujudnya kerukunan di tingkat nasional.
“Kerukunan umat beragama adalah unsur utama daripada kerukunan nasional, sebab kalau umat beragama tidak rukun, ini kerukunan nasional akan terganggu,” ujarnya.
“Kerukunan ini saya kira penting ya, sebab kerukunan nasional itu tidak akan terwujud (apabila) tidak ada kerukunan antar-agama,” imbuhnya.
Di sisi lain, Wapres menyebutkan Kota Ambon yang di tahun 2011 pernah mengalami peristiwa bentrok antarwarga akibat tidak eratnya kerukunan di wilayah tersebut, berdampak pada kerugian yang terjadi, seperti rusaknya sejumlah rumah warga dan kendaraan. Ia pun menegaskan peristiwa semacam itu tidak boleh untuk terulang kembali.
“Dan daerah-daerah yang pernah mengalami ketidak-rukunan itu dampaknya luar biasa, kemundurannya,” ungkap Wapres.
“Pernah terjadi di Ambon, itu jangan lagi terjadi di mana-mana. Itu sudah masa lalu yang tidak boleh terulang,” tegasnya.
Mengakhiri sambutannya, terkait program kerja yang sudah disiapkan pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan kesejahteran di Papua, Wapres berharap agar dapat mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
“Harapannya tadi juga supaya semua program-program yang sudah dicanangkan itu didukung bukan [saja] oleh pemerintah daerah, tapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat,” pinta wapres.
“Dan saya melihat bahwa Papua ini sesuai dengan arahan yang sudah kita canangkan supaya menjadi Papua yang cerdas, Papua yang sehat, dan juga Papua yang sejahtera. Ini yang ingin kita percepat pembangunannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Pj Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw menekankan kembali di hadapan Wapres dan seluruh peserta pertemuan, Kabupaten Fakfak akan berupaya penuh dalam menjaga masyarakat Kabupaten Fakfak yang rukun dan damai dengan berlandaskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
“Itulah sekilas suara hati yang keluar dari para raja yang mendominasi pemerintahan di Kabupaten Fakfak ini. Kalau Bapak boleh lihat kemarin, kehadiran Bapak di mana masyarakat, mulai dari orang dewasa sampai anak-anak menjemput Bapak, itu bukan digerakkan tapi memang mereka bergerak sebagai bentuk kecintaan pada pemimpin,” tutur Paulus.
“Artinya, kebhinekaan itulah yang kami harap bisa diwujudkan di Kabupaten Fakfak ini,” ujarnya.
Sebelumnya, wapres telah mendengar aspirasi dari tokoh agama dan masyarakat Kabupaten Fakfak yang disampaikan oleh enam orang perwakilan, yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak Ali Baham Temongmere, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Fakfak Ali Hindom, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Fakfak Mohamad Don Dg. Husein, Tokoh Agama Katolik Kabupaten Fakfak Diakon Didimus Temongmere, Sekretaris Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Kabupaten Fakfak Willi Hegemur, dan Raja Pikpik Sekar Arif H. Rumagesan.
Salah satu tokoh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Fakfak Ali Hindom meminta adanya pendidikan bagi para pemuka agama di Kabupaten Fakfak.
“Kami menjaga kerukunan, di sini sangat baik komunikasi seluruh umat beragama. Kalau bisa tolong dibangun pesantren, pendeta katolik butuh sekolah. Kalau bisa ada sekolah agama untuk mendidik jadi imam, jadi pendeta,” ujar Ali.
Sejalan dengan hal tersebut, Tokoh Agama Katolik Kabupaten Fakfak Diakon Didimus Temongmere juga menyebutkan pentingnya peningkatan kualitas bagi tenaga terampil di bidang agama dan menuturkan perlu adanya perhatian terhadap kesejahteraan para pemuka agama yang aktif di rumah ibadah, baik masjid dan gereja.
“Kami butuh tenaga pelayanan dari seluruh agama di Fakfak. Karena tenaga terampil yang saleh dan salehah dapat membimbing dan menjaga umat beragama dengan baik. Kami butuh pembinaan-pembinaan yang dilangsungkan pihak gereja dan agama lain,” tutur Didimus.
“Tokoh-tokoh agama, terutama mereka yang di masjid dan gereja yang sudah bekerja tanpa pamrih perlu diperhatikan kesejahteraannya,” pesan wapres.
Advertisement