Satu Nafas Perjuangan, Keumatan dan Kebangsaan bagi Muhammadiyah
Perjuangan keumatan dan kebangsaan bagi Muhammadiyah merupakan satu jiwa, satu nafas yang sama dalam integrasi keislaman dan keindonesiaan untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Demikian disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di acara Pengajian Milad ke-109 Muhammadiyah yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) pada 14 Desember yang dilangsungkan secara blended.
Pada rentang usia yang lebih seabad, ucap Haedar, Muhammadiyah dalam konteks keumatan dan kebangsaan melewati perjuangan yang dinamis. Islam di Indonesia sebagai kekuatan mayoritas, perekat kedamaian, dan mampu beradaptasi dengan keindonesiaan.
“Tidak mungkin Islam sebagai agama yang datang ke negeri ini dan mengantikan kekuatan agama lain, lalu menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas di negeri ini jika dia tidak adaptasi terhadap keindonesiaan sebagai culture, sebagai budaya, dan pola hidup masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Karakter Adaptif
Karakter adaptif ini yang melekat pada model dakwah yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Karakter adaptif menurut Haedar juga dimiliki oleh Indonesia, yang mampu meramu sedemikian rupa beragam perbedaan yang ada di atas tubuhnya menjadi bhineka tunggal ika. Bahkan merawat keragaman tersebut telah langgeng sejak masa-masa sebelum kemerdekaan.
Di antara beberapa capaian gemilang yang ditorehkan, Haedar juga mengakui bahwa masih ada beberapa sektor dari Indonesia yang belum maksimal. Menurutnya, pada setiap era kepemimpinan di Indonesia memiliki persoalan sendiri-sendiri.
Oleh karena itu Guru Besar Sosiologi ini menyarankan supaya dalam membaca Indonesia perlu dengan cara utuh, komprehensif, dan integral. Namun dengan tidak lupa tetap mengedepankan sikap-sikap moderat, tidak terlalu pesimistis dan utopis dalam membangun dan memberi harapan kepada bangsa Indonesia.
Artinya tidak boleh membangun Indonesia dengan pandangan yang menganggap segala macam itu buruk, dan tidak memiliki harapan positif. Di sisi lain, juga tidak boleh seakan-akan tidak ada masalah di tubuh bangsa Indonesia.
“Karena memang ada masalah tapi juga ada capaian, ada tantangan yang semuanya harus kita hadapi sebagai bangsa” tutur Haedar.
Haedar berharap kepada seluruh elemen pemerintah, termasuk rakyat untuk memancang cita-cita luhur bangsa untuk diraih. Meski untuk meraih keinginan itu tidak bisa sekali jadi, maka harus dilakukan bertahap dan akselerasi.
Advertisement