Satu Abad Media NU, Ingat Doa Kiai Wahab: Jangan Matikan Media Kami
Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) PBNU menyelenggarakan tasyakuran dalam rangka Perayaan Satu Abad Media NU di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat pada Jumat (9 Agustus 2024).
Kendati satu abad merupakan pencapaian yang besar, perayaan dilangsungkan dengan penuh khidmat dalam kesederhanaan yang bersahaja.
Rangkaian acara diawali dengan sima'an Al-Quran 30 juz oleh para santri dari Pondok Pesantren Abu Bakar Ash-Shidiq, Bogor yang dirampungkan hingga menjelang Ashar.
Setelah simaan Al-Quran selesai, acara memasuki agenda inti Tasyakur Satu Abad Media NU. Pada puncak acara, hadir beberapa tokoh dzuriyah para perintis terbentuknya media massa awal Nahdlatul Ulama, antara lain Ibu Nyai Hizbiyah Rochim (putri KH. Wahab Hasbullah), Muhammad Arsyad (cucu KH. Abdullah Ubaid), Dr. Muhammad Alfi (cucu KH. Abdul Halim Siddiq, mewakili keluarga KH. Mahfud Siddiq dan KH. Ahmad Shiddiq), Ir. H.M Adib (putra KH. Hamid Wijaya).
Doa Mbah Wahab Dikabulkan
Ketua Panitia Pelaksana Satu Abad Media NU sekaligus Pimpinan Redaksi majalah Risalah NU, H. Musthafa Helmy menyampaikan bahwa dalam rangka memberikan penghargaan kepada para perintis Media NU akan diadakan agenda haul dan doa bersama setiap tahunnya.
"Insyaallah pada akhir Muharram setiap tahunnya akan kita adakan haul para mujahid perintis media-media NU," kata sosok yang kerap disapa Cak Mus ini.
Cak Mus meyakini Media NU akan terus berjaya dengan berbagai platform yang sudah tersedia untuk membentengi umat dengan informasi berbasis paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Rasa optimisnya itu didasari dengan doa yang dibacakan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dalam Majalah Soeara NU tahun 1928 no. 1 tahun kedua yang artinya "Yaa Allah, jangan matikan media kami".
Rasa Syukur
Dalam sambutannya, Ketua LTN PBNU H. Ishaq Zubaedi Raqib mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas keberkahan usia media NU yang memasuki abad kedua.
Menurut Ishaq Zubaedi, media NU merupakan warisan berharga yang bisa tetap terjaga eksistensinya hingga saat ini.
Ia menambahkan Media NU tidak akan mencapai abad kedua tanpa peran dan jasa besar dari para tokoh yang merintis berdirinya corong informasi bagi warga nahdliyin.
"Tanpa adanya sosok pendahulu kita ini, tidak akan ada warisan dari para keluarga agung yang saat ini berusia tidak kurang dari satu abad," tuturnya.
Ia melanjutkan, "kalau tidak karena ikhtiar (pendirian media) itu diridhoi oleh Allah, maka warisan (media NU) itu tidak akan sampai kepada kita."
Media NU tidak hanya menjadi sebuah warisan dalam bentuk benda, tetapi juga sebagai profesi yang secara langsung dilegitimasi oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah (Mbah Wahab), salah satu Muassis Nahdlatul Ulama.
"Siapa yang ikut ambil bagian menjadi corong Nahdlatul Ulama maka saya doakan hidupnya akan jembar," ungkap Ishaq Zubaedi mengutip apa yang pernah dikatakan Mbah Wahab.
Di samping itu, Ishaq Zubaedi kepada awak Media NU untuk meneladani para pendahulu, menanam kebaikan yang hasilnya bisa dinikmati oleh kita hingga saat ini, khususnya dalam bidang publikasi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pemotongan tumpeng sebagai simbolis rasa syukur dari seluruh elemen media NU yang saat ini berada di bawah naungan LTN.
Pada kesempatan yang sama, dilangsungkan istighotsah dan doa bersama yang dipimpin oleh KH. Syatiri Ahmad selaku Imam Masjid An-Nahdlah PBNU untuk mendoakan para pendahulu yang telah merintis media NU.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi ramah tamah dan makan bersama dengan seluruh awak media NU di bawah naungan LTN NU, yakni Majalah Risalah NU, NU Online, TVNU, dan Swara NU.
Advertisement