Satelit SATRIA-1 Proyek Rp8 Triliun
Indonesia kini resmi memiliki satelit dengan kapasitas 150 Gbps, namanya Satelit Republik Indonesia atau SATRIA-1. Satelit ini terbesar di Asia dan terbesar nomor lima di dunia. Peluncuran satelit SATRIA-1 dilakukan di markas SpaceX Florida, Amerika Serikat, Minggu 18 Juni 2023 pukul 18.21 waktu Amerika, dan Senin 19 Juni pukul 05.21 waktu Indonesia.
Proyek satelit SATRIA-1 ini merupakan proyek PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama dengan Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) yang mulai direncanakan sejak 2017.
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Rosan P Roslani merasa bangga dengan peluncuran satelit ini.
"Ini menjadi langkah Indonesia dalam menciptakan kesetaraan infrastruktur digital. Oleh karena itu, kami menyambut baik dan bangga dengan diluncurkan Satria-1 ini," ungkapnya dikutip dari laman Kominfo.
Dari data Temasek dan Google, pada 2022, Indonesia memiliki ekonomi digital senilai 77 miliar dolar AS. Angka ini diprediksi melesat menjadi 130 miliar dolar AS pada 2025. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki peran 43 persen ekonomi digital ASEAN.
"SATRIA-1 ini ke depannya diharapkan bisa mempercepat perkembangan ekonomi digital tersebut dan banyak menciptakan lapangan kerja. Bisa membantu UMKM naik kelas serta meningkatkan SDM warga di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar)," pungkas Rosan.
Anggaran Rp8 Triliun
Proses pembuatan satelit dilakukan oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Proses produksi satelit berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023.
Setelah diproduksi, satelit berbobot 4,6 ton dengan tinggi 6,5 meter ini dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Prancis bagian Selatan, menuju Cape Canaveral. Saat ini, satelit telah berada di Payload Processing Facility SpaceX. Adapun proyek pemerintah ini menelan anggaran Rp 8 triliun.
"Kami yakin peluncuran satelit SATRIA-1 akan semakin mempererat hubungan antara Indonesia dan negara-negara yang mewakili mitra strategis kami," terang Komisaris Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Sofyan Djalil.
Advertisement