Sastrawan Budi Darma Apresiasi Film Perburuan
Gala premier film 'Perburuan' yang diadakan pertama kali di Surabaya pada Jum'at, 9 Agustus 2019 berlangsung meriah karena kehadiran para pemain film seperti Adipati Dolken, Ayushita dan Sutradara film Richard Oh.
Selain para pemain dan sutradara, film yang diangkat dari novel sastrawan legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer ini juga dihadiri oleh beberapa sastrawan Indonesia seperti Budi Darma.
Budi Darma yang merupakan guru besar di FPBS Universitas Negeri Surabaya mengapresiasi apa yang dilakukan Richard Oh dan para pemain lainnya dalam film ini.
"Alur cerita beberapa bagian film ini lebih dramatis daripada novelnya. Pengambaran tokohnya juga jelas," kata Budi Darma.
Ia berharap dengan adanya film ini, generasi muda bisa lebih tahu bagaimana dulu Indonesia merdeka dengan begitu banyak cerita dan intrik di dalamnya.
Di film ini digambarkan jelas tipe-tipe orang Indonesia saat itu. "Ada yang benar-benar cinta dengan tanah air, ada juga yang berkhianat dan lainnya," katanya.
Namun dibalik rasa apresiasi tersebut, Budi Darma tetap memperhatikan beberapa detail dari film ini seperti pakaian dan gaya rambut yang kurang sesuai dengan latar belakang era kemerdekaan.
"Pakaian yang dikenakan pemain terlalu modern untuk latar belakang penjajahan di era Jepang. Pengikut Peta atau Heido itu rambutnya gundul. Saya tahu karena, saya juga sempat hidup di masa penjajahan Jepang," katanya.
Meski begitu Budi Darma tetap bangga dengan karya anak bangsa lewat film Perburuan. Menurutnya, tak ada masalah bila karya sastra di filmkan asal pesanya tersampaikan.
"Tidak apa-apa karya sastra difilmkan, tergantung sutradaranya. Asal pesannya tersampaikan kepada penonton," katanya.
Film ini bercerita tentang kisah Hardo (yang diperankan Adipati Dolken). Hardo merupakan bekas komandan pleton Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian melakukan perlawanan terhadap Jepang. Namun Hardo diburu oleh tentara Jepang karena dianggap sebagai musuh negara. (pts)