Sarjana Baru Harus Jadi Pelopor Dan Inspirator Di Tengah Masyarakat
Sarjana baru harus menjadi pelopor, motivator, dan inspirator bagi masyarakat. Sebagai orang terpelajar, sarjana harus mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi di tengah masyarakat dengan bekal ilmu pengetahuan yang didapatkan selama menempuh pendidikan di kampus.
Pesan ini disampaikan Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (Untag 45) Banyuwangi, Andang Subaharianto usai mengukuhkan 243 mahasiswa menjadi sarjana strata satu, Sabtu, 8 Juni 2024. Pada Wisuda Sarjana ke-46 ini, ada 4 lulusan yang mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif 4.00.
"Tahun ini rekor, karena yang mendapatkan IPK 4.00 itu lebih dari satu, empat orang," jelasnya.
Para peraih IPK 4.00 itu adalah Evelina Meisya dari prodi Manajemen. Kemudian Mutiara Cahya Ayuning Tyas, Devi Dian Anggaretha dan Anbajiatus Sholihah. Ketiganya dari Prodi Pendidikan Sejarah.
Andang berpesan, IPK tinggi hanya diatas kertas. Ujian sesungguhnya, justru saat mereka hidup di tengah-tengah masyarakat. Dia meminta IPK itu jangan hanya prestasi di atas kertas saja. Tapi harus bisa dibuktikan bahwa di kehidupan nyata mereka juga punya prestasi yang membanggakan sebagaimana IPK yang diraih.
"Saya berharap yang indeks prestasinya baik itu bisa menjadi pelopor, menjadi inspirator bagi masyakarat karena mereka adalah orang yang terpelajar, mereka sudah dilatih menyelesaikan persoalan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi," tegasnya.
Keilmuan yang dipelajari di kampus, lanjutnya, harus menjadi instrumen, menjadi senjata pada saat mengabdikan diri di tengah masyarakat. Sehingga mereka bisa menjadi motivator, inspirator, pelopor terhadap dinamika kemajuan perubahan masyarakat yang akan datang.
Dijelaskannya, sejak menjadi Rektor Untag 45 Banyuwangi 8 tahun lalu, dirinya selalu menggelar wisuda setiap semester. Sehingga dalam satu tahun akademik wisuda dilakukan dua kali. Dengan wisuda dua kali ini tumbuh semangat mahasiswa untuk bisa lulus tepat waktu antara 4 tahun dan di bawah 4 tahun. Sehingga setiap wisuda selalu ada yang meraih IPK 4.00.
"Ada dorongan untuk anak-anak belajarnya bisa makin giat lagi. Karena wisuda itu momen paling penting dan momen paling ditunggu," katanya.
Selain itu, banyaknya lulusan yang meraih IPK 4.00 ini juga dipengaruhi upaya para dosen dan manajemen di tingkat fakultas untuk memperhatikan hard skill dan soft skill. Sebab menurutnya, dua hal ini sangat penting.
Hard skill, kata Dia, tidak bisa diabaikan karena menjadi modal ilmu pengetahuan tekhnologi sebagai bekal untuk berkiprah di lapangan. Sedangkan soft skill seperti integritas, kepemimpinan, kemampuan bekerja sama itu juga tidak bisa diabaikan. Menurutnya, dua-duanya harus jalan.
"Maka kami memberi penghargaan, di samping hard skill yang itu direpresentasikan melaui IPK, kami juga memberikan penghargaan dari sudut soft skill dalam bentuk SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah)," pungkasnya.