Sarasehan Dewan Kesenian Jawa Timur, Perkuat Kebudayaan Jatim
Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) menggelar acara sarasehan di kantornya yang berlokasi di Jl. Gentengkali No. 85 Surabaya. Acara ini dibuka dengan sambutan yang dipaparkan Ketua Presidium DKJT Jatim, Taufik Hidayat.
Dalam sambutannya itu, Taufik menjelaskan latar belakang awal mula terbentuknya DKJT. Pada tahun 1993, Pemerintah menginstruksikan adanya Lembaga Kesenian.
DKJT Jatim baru berdiri secara resmi pada tahun 1998. DKJT Jatim sendiri berkoordinasi dengan menaungi 38 dewan kesenian yang tersebar di kabupaten/kota.
DKJT Jatim sendiri ingin menguatkan kebudayaan di Jawa Timur. Bukan tanpa alasan, dari semua provinsi yang ada di Indonesia, seniman terbesar berada di sini.
“Seniman di Jatim itu ada enam juta orang lebih. Mereka lahir dari perguruan tinggi, pondok pesantren, komunitas kebudayaan, dan paguyuban. Setiap tahunnya lebih dari lima ratus calon seniman lahir,” kata Taufik pada Kamis, 3 Juni 2021.
Taufik menyebut, seniman ini lahir setiap tahunnya dari beberapa perguruan tinggi negeri. Seperti Universitas Negeri Surabaya, Institus Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Kristen Petra, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Jember, dan Sekolah Menengah Kesenian.
Lantaran melahirkan seniman yang memiliki potensi, Taufik mengharap pemerintah turut andil dalam membina dan menjaga kelestarian kebudayaan melalui kesenian. Kebudayaan adalah kepribadian bangsa yang harus dijaga.
Dengan menjaga kebudayaan perekonomian masyarakat bisa dikembangkan. Sebab dalam kebudayaan ada nilai jula yang bisa mendatangkan wisatawan.
“Kebudayaan itu harus dijaga. Jika disinergikan dengan pariwisata, kebudayaan akan menjadi daya Tarik tersendiri. Contohnya di Jolotundo menampilkan seni bantengan, sekarang mulai ramai pengunjung. Di situ perekonomian masyarakat terdampak 'kan. Itu bisa jadi penghasilan,” imbuhnya.
Penguatan Kebudayaan sendiri menurut Taufik bisa dimulai dari kader seniman yang ada di setiap desa. Seniman ini bertugas menghidupkan kebudayaan yang ada di sana agar tidak terlupakan. Terlebih tergeser arus budaya asing. Misalnya budaya panen ikan, panjat pohon, dan ruwat desa.
Setelah memberikan pemaparan, penjelasan dilanjutkan oleh Nassar Al-Batadi, Wakil Sekjen DKJT. Nassar menyebut, ke depan DKJT akan menggelar program yang dibagi menjadi dua termin. Program tersebut salah satunya adalah perhelatan festival Jatim Art Forum.
Festival ini sudah ada sejak tahun 2015. Bedanya pada tahun ini festival dilaksanakan ke dalam dua termin. Selain itu, saat ini berfokus pada pengeksposan kebudayaan Jawa Timur. Sementara, nantinya akan ada penyaringan karya yang akan dipamerkan di Festival tersebut. Hanya karya terbaik lah yang bisa dipajang.
“Kami akan bagi kegiatan kami dalam dua termin. Termin pertama sosialisasi dan penyaringan karya, termin kedua pagelaran karya. Kalau dulu senimannya ada dari luar pulau, tapi tahun ini dari Jatim fokusnya,” tutur Nassar.
Nassar menambahkan, DKJT juga akan menerbitkan majalah serta buku kritik seni. Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup dengan makan bersama.