Doa Penawar Gus Mus, Durian Bukan Pantangan Lansia
Makan durian menjadi kegemaran umum masyarakat. Tapi, bagi para lansia (usia lanjut), sebagaimana mengonsumsi sate kambing, durian selalu dicoba untuk dihindari.
Di kalangan kiai pesantren, makan durian bukan yang harus dijauhi. KH Ahmad Hasyim Muzadi (almaghfurlah), Pengasuh Pesantren Al-Hikam Malang-Depok, tetap mengonsumsi buah istimewa ketika berkunjung ke suatu daerah.
Benarkah lansia dilarang makan durian? Ternyata tidak demikian.
Ada resep khusus yang disampaikan KH Ahmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalbiiin, Leteh, Rembang (Jawa Tengah), terkait makan durian:
"Jalan-jalan sehat pagi ini ternyata bersamaan dengan adanya "Festival Durian" di alun-alun Rembang. Maka setelah mengelilingi alun-alun seperti biasanya, rombongan minta melihat-lihat stand-stand durian yang berderet di pinggir alun-alun.
Di stand "Durèn Kriwik" khas Rembang, kami diminta mencicipi durian mereka yang kecil-kecil tapi manis dan lezat. Jadilah kami pagi ini sarapan durian.
Aku teringat sering kali orang bertanya kepadaku saat aku memakan durian --seperti halnya bila aku makan saté-- : "Masih berani ya?!"; seolah-olah durian dan saté itu bahaya bagi lansia.
Terpengaruh dengan seringnya orang bertanya begitu, setiap kali aku hendak makan durian atau saté atau apa saja yang dianggap orang pantangan bagi lansia, aku selalu membaca:
"BismiLlãhiLladzii lã yadhurru ma'asmiHi syai-un fil ardhi walã fïssamã-i waHuwasSamï'ul'Aliim".
(Doa ini sebenarnya 'doa perlindungan' yang diajarkan Nabi SAW untuk dibaca pagi dan petang; Hadis riwayat imam Abu Daud, Turmudzi, dan yang lain dari shahabat Utsman bin 'Affan r.a.)
Demikian semoga bermanfaat.
(Dikutip dari akun facebook Ahmad Mustofa Bisri)