Sarana Terbatas, Guru Penggerak di Maluku Utara Kurang Diminati
Guru Penggerak merupakan salah satu program andalan Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Program yang diluncurkan pada tahun 2020 itu bertujuan untuk mencari pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang anak secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya, untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Namun, pada tataran implementasinya tidak semudah membalik telapak tangan. Kendalanya antara lain kurangnya informasi tentang manfaat Program Guru Penggerak, serta terbatasnya sarana dan prasarana bagi guru yang tinggal di daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T), karena program ini hanya bisa diakses melalui internet.
Guru penggerak yang kini menjadi Kepala SMA Negeri 7 Moti, Provinsi Maluku Utara, Rustam Ar Serang, menyebut minat guru ikut Program Guru Penggerak sangat kurang.
Di tingkat Provinsi Maluku Utara, jumlah guru P3K, ada sekitar 2.087 guru. Yang mendaftar guru penggerak hanya 30 guru untuk tingkat pendidikan SMA dan SMK.
"Alasan mereka tidak punya waktu. Selain itu sinyal di daerah 3T pada umumnya buruk sehingga tidak bisa mengakses internat secara maksimal, dan takut dipindah ke daerah lain setelah lulus menjadi guru penggerak," kata Rustam pada acara Press Tour Ditjen GTK dan BKHM Kemendikbudristek di Kota Ternate, Maluku Utara.
Komunitas Siap Gerak
Kepala sekolah yang sedang kuliah S2 di Malang itu melakukan sosialisasi dengan membentuk Komunitas Siap Gerak, akronim dari Akselerasi Diseminasi Percepatan Guru Kontrak.
Komunitas Siap Gerak ini selain terus melakukan sosialisasi, juga mengadakan kegiatan lainnya, seperti pelatihan, workshop, baik luring ataupun daring kepada guru-guru yang akan mengikuti program Guru Penggerak. Tidak hanya itu, ia juga melakukan sosialisasi Kurikulum Merdeka.
“Selain sosialisasi Program Guru Penggerak, Kami juga melakukan percepatan implementasi Kurikulum Merdeka, karena masih ada guru yang mispersepsi dengan Kurikulum Merdeka,” tutur Rustam, saat ditemui di SD Negeri 3 Kota Ternate.
Rustam melanjutkan, Komunitas Siap Gerak ini juga turun ke sekolah-sekolah untuk mendiagnosis temuan permasalahan yang dihadapi para guru.
“Saya undang guru-guru, kemudian orang tua atau wali murid. Saya benahi manajerialnya, selanjutnya saya membangun iklim sekolah yang harmonis, dengan demikian, visi misi sekolah dapat tercapai sesuai dengan Kurikulum Merdeka,” ujar Rustam.
Rustam Ar Serang adalah salah satu lulusan dari Program Guru Penggerak angkatan ke-2 yang pada tahun 2023 lalu diangkat menjadi Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Moti, Maluku Utara.
“Sebelumnya mengabdi menjadi guru di SMA Negeri 2 Kota Ternate selama tujuh tahun. Setelah lulus program Guru Penggerak pada tahun 2021. Kemudian Pemprov Maluku Utara mengangkat saya menjadi Kepala Sekolah di SMA Negeri 7 Moti, yang juga tempat kelahiran saya,” ujarnya.
Rustam mengakui banyak persoalan yang menghadang dirinya saat menjadi Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Moti. Sarana media untuk pembelajaran juga terbilang minim.
Tantangan mensosialisasikan manfaat dan pentingnya program Guru Penggerak ini juga dirasakan oleh Kepala SD Negeri 3 Ternate Nenny Febriani.
Mengingat geografis Maluku Utara terdiri ratusan pulau, maka untuk mensosialisasikan Program Guru Penggerak harus dilakukan dari satu pulau ke pulau yang lain dengan biaya sendiri, tanpa dukungan dari pemerintah daerah.
"Komunitas guru penggerak ingin menularkan ilmu yang diperolehnya kepada guru-guru di daerah 3T, supaya hatinya tergerak dan bersemangat untuk menjadi guru penggerak," kata Nenny yang tak menyerah meski dihadapkan pada banyak keterbatasan.
Capaian Program
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tercatat telah menorehkan berbagai capaian program sepanjang tahun 2020 hingga saat ini.
Di antaranya adalah capaian dan praktik baik dalam program Guru Penggerak, Platform Merdeka Mengajar (PMM), Guru Penggerak yang diangkat menjadi kepala sekolah/pengawas, serta guru honorer yang lolos seleksi ASN PPPK.
Berdasarkan data Kemendikbudristek pada awal tahun 2024, guru yang sudah menggunakan PMM dan juga lebih dari 1,3 juta perangkat TIK telah terdistribusi ini di luar aplikasi-aplikasi gratis yang diberikan kepada sekolah, kepala sekolah dan guru.
Sementara untuk pencapaian terkait GTK, sebanyak 94.685 calon guru penggerak mengikuti pendidikan Guru Penggerak dari tahun 2020 hingga 2023, jumlah kelulusan 61.256 guru, 2.730.767 jumlah Guru Pelatihan Mandiri dari tahun 2020 hingga 2023, 422.679 guru mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari tahun 2020 hingga 2023, serta 774.999 guru honorer lulus seleksi guru ASN PPPK dari tahun 2021 hingga 2023.