Jadi Primadona untuk Kurban, Warga Pilih Sapi Bali
Sapi bali mendominasi penjualan hewan kurban di beberapa Farm Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Meskipun ada sapi jenis lain seperti sapi lombok, sapi madura, sapi brama dari Jawa dan Lampung, tetapi sapi bali yang memiliki warna khas hitam dan sawo matang tersebut yang paling diminati.
Direktur Qibas Farm, Mardian Wadi mengatakan, selama lima tahun sebagai pengusaha sapi potong, belum pernah mendatangkan sapi jenis lain.
"Sapi untuk keperluan hajatan maupun untuk idul kurban, sapi bali yang banyak dicari," kata Mardian ketika ditemui di "kandang" di Desa Curuk, Sawangan Depok, Selasa 21 Juli 2020.
Menurut pengusaha muda asal Semarang ini, salah satu faktor yang membuat sapi bali menjadi jenis sapi kurban ideal adalah harganya yang lebih murah dibandingkan dengan sapi-sapi lain. Dagingnya lebih banyak. Dagingnya sangat lembut dan bisa diolah menjadi beberapa jenis masakan.
Selain itu sapi bali tidak galak, sehingga tidak sulit waktu akan dipotong.
"Hanya dengan uang Rp17,5 juta sudah bisa membawa pulang seekor sapi," ujarnya Mardian.
Untuk persiapan Idul Kurban 31 Juli 2020 Qibas tidak berani mendatangkan sapi dalam jumlah besar. Disesuaikan dengan daya beli masyarakat yang turun akan pertumbuhan ekonomi yang lesu akibat terdampak Covid-19.
Sampai saat ini Qibas baru mendatang 120 ekor sapi dengan harga dari Rp17,5 juta sampai Rp24 juta diukur berat badannya. Dan sekarang sudah terjual 65 ekor.
"Ada penurunan sekitar 60 persen dibanding tahun lalu dalam waktu yang sama. Tahun lalu sebelum ada corona H-10 Idul Adha sapi saya sudah terjual semua," kata Msrdian yang juga punya usaha jasa rumah potong hewan (RPH).
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarnita, menjelaskan sapi bali adalah jenis sapi yang unggul asli dari Bali, sapi ini hasil domestikasi dari banteng atau bibos banteng.
Sapi ini sudah cukup banyak populasinya dan dikembangbiakkan oleh warga bali sendiri sejak lama. Sapi bali saat ini banyak dibuat komoditi usaha penggemukan sapi bali oleh masyarakat Indonesia.
Sejarah dari sapi bali adalah berasal dari banteng yang telah dijinakkan berabad-abad yang lalu, dan pada abad ke-18 sapi bali mulai menyebar ke Lombok kemudian di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Penyebaran sapi Bali tidak hanya di Indonesia tetapi juga sudah menyebar hingga ke Australia, Filipina, dan Malaysia.
Dulunya sapi bali adalah banteng yang berubah beberapa kali karena cara berpindah, dan bukan karena perkawinan silang dengan sapi jenis lain. Perubahan yang sangat besar tampak adanya perubahan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan banteng, tinggi badan, dan lebih besar pada bobotnya.
Pulau Dewata yang dapat diakses beternak sapi bali tidak hanya untuk dikonsumsi, namun juga dimanfaatkan untuk membajak sawah.
Sapi bali juga dikenal dimanfaatkan sebagai agrowisata dan juga dimanfaatkan dalam upacara keagamaan Hindu. Biasanya oleh agama Islam sapi bali digunakan sebagai hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha, sehingga pemerintah perlu mempertimbangkan agar terus berkembang.
Pada saat dewasa sapi betina tetap berwarna sawo matang kemerahan, dan pada saat sapi jantan akan berubah warna menjadi hitam. Namun jika dicermati sapi bali jantan memiliki bulu berwarna sawo matang kemerahan seperti pada sapi betina.
"Sapi bali memiliki ciri khas yaitu tidak berpunuk dan berkaki ramping," kata I Ketut.
Ketua PBNU Robikin Emhas menjelaskan, untuk hewan kurban jenis sapinya tidak dibedakan, yang utama memenuhi syarat sebagai hewan kurban.
Menurut syariat Islam, terdapat syarat dan batasan minimal umur dari hewan kurban. Selain harus sehat dan dalam kondisi yang tidak cacat.
Berikut adalah syarat sah hewan kurban menurut batasan usia:
Domba harus mencapai usia minimal 1 tahun atau lebihKambing lebih dari 2 tahun atau lebihSapi harus melebihi usia 2 tahun Unta harus mencapai usia lebih dari 5 tahun, kata staf khusus wakil presiden tersebut.
Advertisement