Santri Ponpes di Blitar Koma, Korban Penganiayaan Diduga Pencuri
MAR, salah satu santri di pondok pesantren wilayah kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menjadi korban penganiayaan oleh beberapa santri lainnya. Peristiwa nahas ini berlangsung, Rabu 3 Januari 2024 dini hari.
Kondisi korban koma. Ia masih menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit. M Syaikhul Munib selaku Kasubag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar mengatakan, MAR sudah mulai menggerakkan jari tangan dan kelopak mata. Tapi, korban belum sadar dari kondisi koma yang dialami.
"Waktu kami jenguk, korban masih berada di ruang ICU (intensive care unit). Informasi dari rumah sakti sudah ada tanda tanda jari tangan digerakkan," ungkapnya.
Munib menceritakan, pengeroyokan itu berawal dari dugaan pencurian uang milik sejumlah santri yang tinggal di pondok pesantren. Kasus kehilangan uang ini terjadi beberapa kali sejak Desember 2023 lalu.
"Pihak ponpes sudah beberapa kali melakukan mediasi," jelas Munib.
Usai mediasi, kondisi ponpes tenang. Apalagi anak-anak santri ini memasuki masa libur sekolah bertepatan Natal dan Tahun Baru.
Masalah pencurian kembali muncul, 2 Januari 2024. "Selasa tengah malam kejadiannya, apa pemicunya kami kurang tahu. Mungkin emosi, geregetan atau bagaimana karena merasa beberapa sering kehilangan uang," terang Munib.
Selanjutnya, Rabu dini hari, kondisi MAR Tak sadarkan diri akibat pengeroyokan itu. Pihak Kantor Kemenag kabupaten Blitar telah meminta keterangan pengurus ponpes.
"Berdasarkan informasi pihak ponpes teridentifikasi sebanyak 17 santri diduga terlibat pengeroyokan," jelas Munib.
Pihak keluarga korban telah melaporkan kasus itu ke polisi. Kasus ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Blitar.
“Terkait proses hukum, saat ini sudah ditangani Unit PPA Polres Blitar. Kami saat ini fokus pada penyembuhan korban," sambung Munib.
Menurut Munib, pihak keluarga dari 17 terduga pelaku pengeroyokan juga sudah menyatakan kesanggupan mereka bersama-sama membiayai pengobatan korban
Pihak ponpes sendiri telah menyatakan penyesalannya atas peristiwa tersebut. “Ya tentu tidak pada yang menghendaki peristiwa kekerasan seperti itu," ujar Munib.
Peristiwa itu kembali menjadi pengingat bagi semua pihak, terkait di bidang pendidikan untuk meningkatkan pengawasan dan mengajarkan nilai-nilai anti kekerasan di lingkungan pendidikan termasuk pondok pesantren.