Santri Abadi, Ini Kisah Unik Seorang Kiai
Ada banyak alasan mengapa seseorang betah hidup melajang. Alasan yang disampaikan oleh Imam Nawawi adalah kecintaannya terhadap ilmu.
Barangkali, andai saja ada perempuan pendamping hidup di sisinya, pastilah dia cemburu pada waktu yang digunakan Sang Imam untuk mendaras lebih dari 10 disiplin (kitab) ilmu pengetahuan di setiap harinya.
Hal demikian pulalah yang dijalani oleh Kiai Ishak Lathif. Dalam kesendiriannya, hari-harinya dihabiskan untuk belajar dan mengajar di PP Tebuireng, Jombang.
Beliau mondok di usia belia (sekitar 13-15 tahun menurut catatan Gus Zaki; saya juga pernah mendengar pernyataan serupa dari Gus Solah) dan wafat pada hari Jumat, 8 Jumadil Awal 1436 (atau 27 Februari 2015) di usia sekitar 72 tahun. Beliau dikebumikan di kompleks pemakaman keluarga PP Tebuireng.
Dengan demikian, Kiai Ishak mondok dalam rentang waktu berkisar 59-60 tahun, sejak masa kepengasuhan Kiai Abdul Khaliq Hasyim dan Kiai Idris Kamali hingga ketika PP Tebuireng dipimpin oleh Kiai Salahuddin Wahid, pengasuh PP Tebuireng yang usianya sepantaran dengannya. Turut bangga saya pernah mengaji langsung kepadanya, sang santri abadi, santri terlama.
Demikian dikisahkan KH M Faizi dari Guluk-Guluk, Sumenep.
Advertisement