Santi Muriyana, Kartini Masa Kini 27 Tahun Menjadi Pelaut
Profesi sebagai pelaut mayoritas didominasi oleh kaum pria. Namun, tidak sedikit kaum hawa yang menggeluti pekerjaan ini. Salah satunya adalah Santi Muriyana, 50 tahun. Warga Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro ini sudah lebih dari 27 tahun menjadi seorang pelaut.
Saat ini perempuan yang biasa dipanggil Santi ini menjabat sebagai Mualim I di Kapal Dharma Ferry I, lintasan penyeberangan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi-Gilimanuk, Jembrana, Bali.
Perempuan ini lulus sekolah pelayaran pada tahun 1994. Begitu lulus, dia sempat bekerja di kapal di lintasan pelayaran Flores dan Maumere. Setelah itu, dia langsung melamar di Perusahaan pelayaran PT Dharma Lautan Utama hingga sekarang ini.
“Saya mulai bekerja di Dharma Lautan ini sejak tahun 1995,” jelas ibu satu anak ini, Kamis, 21 April 2022.
Dia mengaku sudah sejak kecil memiliki keinginan untuk menjadi seorang pelaut. Sehingga meskipun dirinya seorang perempuan tak mematahkan semangatnya untuk mewujudkan cita-cita itu. Dia juga menyadari menjadi seorang pelaut bukanlah sebuah pekerjaan yang umum untuk seorang perempuan.
Alasannya untuk menjadi seorang pelaut sangat sederhana. Sejak belia dia mengaku suka pergi dan jalan-jalan ke mana-mana. Saat itu, dia melihat seorang pelaut bisa pergi kemana pun sambil menjalankan pekerjaannya.
“Memang sudah ada niat jadi pelaut, senang bisa ke mana-mana,” tegasnya.
Dia menambahkan meskipun rekan kerja dan bawahannya seluruhnya laki-laki, namun dirinya merasakan perbedaan gender itu. Justru, menurutnya, rekan sejawatnya sangat peduli dan kompak dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dari sisi keluarga juga sangat mendukung pilihannya untuk menjadi seorang pelaut. Bahkan anaknya seringkali ikut berlayar menemaninya saat sedang libur sekolah.
“Keluarga mendukung, anak sangat mendukung, anak saya bahkan bangga karena kalau libur sering ikut saya berlayar,” jelasnya.
Sebagai seorang Second Officer, Santi memiliki tugas yang cukup berat. Dia membantu Nahkoa mengedalikan kapal dan membawa kapal. Selain itu dia juga membantu mengatur muatan di car deck untuk menjaga stabilitas kapal.
Menjadi seorang pelaut tentu memiliki suka duka. Salah satu resiko yang dihadapi pelaut, menurut Santi terjadinya perubahan cuaca yang sering kali terjadi secara mendadak. Dari yang awalnya tenang tiba-tiba muncul angin kencang atau bahkan badai.
“Kalau pada saat lebaran tidak bisa pulang dan harus bekerja itu sudah menjadi resiko perkerjaan yang harus dihadapi siapapun,” ujarnya.
Memaknai Hari Kartini sebagai pelopor kesetaraan gender, Santi berharap semakin banyak lagi perempuan yang menjadi seorang pelaut. Menurutnya menjadi pelaut bukan hanya pekerjaan seorang laki-laki, tapi seorang perempuan juga bisa.
“Mudah-mudahan tetap ada generasi kita yang mengikuti jejak menjadi pelaut, semakin banyak perempuan yang jadi pelaut. Kalau saya akan tetap menjadi pelaut selama tenaga saya masih dibutuhkan perusahaan,” pungkasnya.
Advertisement