Sanggar Petelot Konte; Wahana Kreatif Anak Usia Dini di Pasuruan
Perkembangan dan pertumbuhan seni di suatu daerah bisa terlihat dari faktor utama yang mempengaruhi yaitu pergerakan seniman atau pegiat seninya. Sayangnya, tidak banyak seniman yang menaruh perhatian untuk mengembangkan seni melalui pendidikan seni non formal seperti sanggar. Sanggar merupakan tempat nyaman suatu kelompok untuk melakukan kegiatan dan belajar.
Iron Supaley, kelahiran Pasuruan, 14 Juli 1992 ini memilih untuk mengekspresikan potensinya pada pendidikan seni rupa berbasis sanggar yang diperuntukkan bagi anak usia dini. Pria muda berbakat yang aktif terlibat di berbagai perhelatan pameran seni dari penjuru kota tersebut juga tergabung di anggota Komunitas Guru dan Seniman Pasuruan (KGSP). Kiprahnya secara mandiri bergaul dan berbagi ilmu kesenian dengan anak-anak untuk mengembangkan kesenirupaan sejak 2011.
Sambil ngopi sore, ia mengatakan, “Tujuane sih gak aneh-aneh, mas. Mek pingin berbagi ilmu seni sing tak duwe ae nang arek cilik-cilik, koyok; gambar kartun, mewarnai. Soale kan eman lek gak onok sing ngemong arek cilik gawe ngrameni seni”, katanya dalam bahasa Jawa.
Tujuannya tidak aneh-aneh, mas. Hanya ingin berbagi ilmu seni yang saya punya ke anak-anak kecil, misalnya; menggambar kartun, mewarna. Sayang sekali kalau tidak ada yang membina anak-anak kecil untuk meramaikn seni.
Hingga berjalannya waktu keinginan untuk memiliki sanggar pribadi telah terwujud. Berawal dari obrolan dengan Mbah Gatot; rekan seniman seniornya yang selalu mendampingi dalam berproses: ‘Sanggar Petelot Konte’ akhirnya resmi didirikan pada 3 Agustus 2018. Bertempat di Jl. Kartini no 111, depan SMPN 3 Pasuruan.
Adanya ruangan untuk sanggar lukis yang berukuran 4 x 6 meter sebagai wahana kreatif tersebut mendapat respon positif bagi masyarakat. Terlebih bagi orang tua yang sangat antusias mengembangkan bakat dan minat putra putrinya di bidang menggambar.
Hingga saat ini ‘Sanggar Potelot Konte’ telah memiliki anggota kurang lebih sebanyak 86-90 anak dari berbagai jenjang sekolah. Mulai tingkat TK, SD sampai SMP dari sekolah berbeda yang mayoritas mereka belum bisa menggambar. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jjumat. Satu hari maksimal ada 20 peserta belajar yang dilakukan secara bergelombang.
Pria yang memiliki nama youtube ‘Kak Iron’ sebagai panggilan akrabnya, mengajarkan anak-anak menggambar mulai dari nol sampai bisa menggambar objek demi objek. Mulai dari media pensil, crayon, sampai menggunakan cat air dan cat akrilik. Di atas kertas sampai kanvas.
Melalui penerapan kurikulum berbasis lingkungan, Kak Iron sering mengajak peserta didiknya menggambar on the spot di luar sanggar seperti di Klenteng, Pasar Senggol, Pasar Bonagung, Pelabuhan, Taman kota dan tempat-tempat menarik perhatian di Pasuruan.
Meski saat pandemi akhir-akhir ini pun, proses kreatif dan antusias untuk belajar menggambar tetap berjalan. Dengan segala upaya, Kak Iron merubah strategi yang biasanya berkumpul di sanggar, diganti dengan mendatangi dari rumah ke rumah.
Pendekatan kontruktif yang diterapkan membuat peserta didik menuju pada pencapaian prestasi. Di antaranya berhasil membuat pameran seni rupa anak-anak yang telah dilakukan di perpustakaan kota Pasuruan. Juga prestasi dari tiap personal anak yang tergabung di ‘Sanggar Petelot Konte’ selalu meraih juara di tiap ajang kompetisi.
Secara kolektif juga pernah meraih prestasi terbaik dalam ajang lomba mural di Gor Pasuruan, dan 10 besar carnival on the river. Hal tersebut membuat Kak Iron jadi figur idola anak-anak seni. Sanggar ini semakin menjadi tempat idaman di hati semua kalangan. Melambung di udara sampai ke penjuru kota.
Ketekunan, kepercayaan diri dan semangat kak Iron sebagai kreator terekam melalui jejak karya digitalnya. Gagasan kreatifnya juga tergurat dari cerita di antara bekas kopi dari warung ke warung. Keunikan memilih jalan hidupnya terbentang di antara kanvas dan barang bekas yang diolah dengan penghayatan kreativitas.
Keberanian menempuh hidupnya terngiang di sejauh knalpot Vespanya. Demikian Kak Iron telah melangsungkan tujuan pembelajaran seni dibidang ‘menggambar’ sejak dini. Sebagaimana tujuan dari ‘pembelajaran menggambar’ yaitu untuk menambah perasaan estetik, membentuk keseimbangan, menumbuhkan keterampilan, dan mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif.
Maka suatu harapan besar jika pergerakan seperti yang dilakukan Kak Iron menjadi prioritas dari pemerintah untuk mendapat perhatian dan dukungan sepenuhnya. Karena kemajuan dan perkembangan kreativitas suatu daerah dapat dilihat dari potensi sumber daya manusianya. (Yudha Prihantanto, pegiat teater)
Advertisement