Sang Panglima Terbunuh, Tembus 200 Ribu Pasukan Romawi
Kisah tentang sejarah membangkitkan gairah menatap masa depan. Untuk itu, ngopibareng.id, secara regular akan menghadirkan kisah-kisah sejarah Islam. Hal itu guna tetap menghembuskan semangat berdakwah dan berjihad dalam arti luas. Selamat menikmati.
Abdullah bin Zubair ra ikut berperang melawan pasukan Romawi saat umurnya 24 tahun. Diusia yang sangat muda, ia dapat menembus 200 ribu pasukan musuh. Bahkan, dia pun lalu membunuh panglimanya. Apa yang ia lakukan tersebut bukanlah hal yang sepele.
Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa pada zama Khalifah Ustman bin Affan radhiyallahu anhu (r.a.) yaitu tahun 26 Hijriyah, gubernur Mesir pertama adalah Amr bin Ash ra yang diganti oleh Abdullah bi Abi Sarh ra. Ia membawa 20 ribu pasukan untuk melawan tentara Romawi.
Sedangkan pihak Romawi telah mempersiapkan 200 ribu pasukan. Sebuah pertempuran yang sangat dahsyat. Saat itu Jarjir, pemimpin Romawi mengumumkan bahwa barangsiapa dapat membunuh Abdullah bin Zubair, maka akan dinikahkan dengan anaknya serta diberi hadiah 100 ribu dinar.
Abdullah ra yang mengetahui pengumuman tersebut berkata, “Kita tidak perlu khawatir. Kita juga dapat mengumumkan kepada mereka bahwa barangsiapa dapat membunuh Jarjir akan dinikahkan dengan anaknya dan akan diberi hadiah 100 dinar dinar, serta dijadikan pemimpin di kota tersebut.” Singkatnya, kedua pasukan itu saling bertempur dengan hebat.
Suatu ketika, Abdullah ra melihat Jarjir sedang memerintah di belakang pasukannya. Di sisinya ada dua hamba wanita yang memayunginya dengan bulu-bulu merak. Ketika Jarjir lalai dan terpisah dari pasukannya, Abdullah segera menyerangnya. Jarjir menyangka bahwa orang yang mendekatinya itu adalah utusan untuk menyampaikan pesan damai.
Namun setelah dekat, ternyata orang itu menyerangnya dan memenggal kepalanya. Lalu kepalanya ditusukkan ke ujung tombak. Dan orang-orang hanya dapat menyaksikan peristiwa itu.
Abdullah bin Zubair ra adalah anak dari Zubair ra dan Asma ra sekaligus cucu dari Abu Bakar ra. Ia adalah anak Muhajirin pertama yang lahir setelah para sahabat hijrah ke Madiah. Kelahirannya disambut gembira oleh seluruh kaum Muslimin.
Sebab selama setahun belum ada seorang pun dari kaum Muhajirin yang melahirkan anak laki-laki, sehingga kaum Yahudi mengaku bahwa mereka telah menyihir kaum Muhajirin agar tidak melahirkan anak laki-laki. Rasulullah SAW tidak bisa menerima bai’at dari anak kecil, tetapi Beliau menerima bai’at Abdullah bin Zuvair ra pada usia 7 tahun. (adi)